Sabtu, 31 Mei 2014

Jejak Misteri Makam Ronggolawe di Kota Tuban

Bumi Ronggolawe adalah salah satu julukan bagi Kota Tuban - Jawa Timur. Julukan itu karena Ronggolawe adalah sosok yang legendaris dan berkaitan dengan sejarah berdirinya Kota Tuban.Ronggolawe ( Ranggalawe ) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang banyak berperan dalam berdirinya Kerajaan Majapahit.
 

Atas jasanya itu, Ronggolawe kemudian diberi hadiah oleh Raja Majapahit berupa daerah dan menjadi penguasa dengan nama Adipati Ronggolawe. Daerah itulah yang dalam perkembangannya kemudian menjadi kota Tuban hingga saat ini.



Sayang, kebesaran nama Ronggolawe kemudian ternoda karena ia dikenal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Entah ada kaitan atau tidak dengan hal itu, Ronggolawe kemudian seolah menjadi sebuah misteri dan begitu pula dengan makamnya.


Banyak polemik tentang makam Ronggolawe, termasuk juga dengan adanya makam kuno di Kota Tuban yang sudah sejak lama diyakini sebagai Makam Ronggolawe. Makam itu berada dalam kawasan Makam Kajongan yang ada di Kelurahan Sidomulyo, atau berjarak sekitar 100 meter sebelah utara dari ruas Jalan Ronggolawe.  


Melangkahkan kaki memasuki Makam Ronggolawe terasa ada nuansa yang cukup seram. Terlebih makam itu berada dalam naungan dua pohon beringin yang besar dan rindang. Makam Ronggolawe itu berada dalam sebuah bangunan berbentuk cungkup.


Makam Ronggolawe itu berhias ornamen kayu berukir denan diselubungi tirai kain kelambu yang berwarna putih. Selain makam Ronggolawe, di dalam bangunan itu juga terdapat 11 makam lainnya yang juga diselubungi dengan tirai kain kelambu. Makam-makam yang berderet dan mengapit makam Ronggolawe itu merupakan makam kerabat dari Ronggolawe. 




Selain makam, sayang tak ada benda-benda kuno yang menunjukkan kebesaran Ronggolawe pada masa lampau di sana. Baik berupa artefak, gapura, bangunan dan sebagainya yang bisa dijumpai. Hanya terdapat bangunan baru dengan prasasti kecil yang bertuliskan bahwa Makam Ronggolawe diperbaiki pada 24 November 1976.


Selain itu, polemik tentang misteri makam Ronggolawe itu juga didasarkan pada adanya nisan dan cara pemakaman yang menghadap ke arah tertentu yang identik dengan tata cara pemakaman dalam Islam. Sementara diperkirakan Ronggolawe hidup pada masa dan peradaban agama Hindu.


Terlepas dari polemik itu, Makam Ronggolawe ini setiap tahunnya menjadi tujuan berziarah Bupati Tuban dan jajaran pemerintah lainnya dalam rangkaian Hari Jadi Kota Tuban.



Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com


Jumat, 30 Mei 2014

Keramik Tiongkok Kuno Di Gapura Makam Sunan Bonang

Berkunjung ke situs Makam Sunan Bonang di Kota Tuban - Jawa Timur ternyata tak hanya bisa memperoleh pengalaman wisata religi saja. Tetapi juga bisa memperoleh pengalaman tentang budaya dan sejarah pada masa lampau.


Hal ini karena di kawasan situs ini , selain Makam Sunan Bonang yang berada di dalam bangunan cungkup, juga terdapat benda-benda lainnya peninggalan masa Sunan Bonang. Salah satunya adalah Gapura Paduraksa yang merupakan salah satu gapura untuk menuju ke makam Sunan Bonang.


Gapura Paduraksa ini cukup menarik karena memiliki bentuk yang khas dengan pintu masuk di bagian tengahnya dan ornamen yang bertingkat. Yang menarik, Gapura Paduraksa ini berhias dengan puluhan keramik aneka bentuk dan ukuran.


Tentu bukan keramik biasa saja karena merupakan keramik kuno asal Tiongkok. Konon pada masa lampau keramik merupakan barang-barang berharga yang dibawa oleh para pedagang asal Tiongkok yang berfungsi sebagai barang dagangan, hadiah dan sebagainya. 



Keramik-keramik itu berbentuk piring dengan ornamen yang berwarna putih, coklat, merah biru atau perpaduan beberapa warna.

 
Aneka ragam motif menghiasi piring-piring keramik itu mulai dari kaligrafi dalam huruf Arab, flora, pemandangan . abstrak dan sebagainya.



Di bagian belakang Gapura Paduraksa juga terdapat bangunan lainnya yang lebih rendah  yang disebut dengan nama Gapura Kelir. Gapura ini mungkin berfungsi sebagai pembatas atau penyekat setelah memasuki Gapura Paduraksa sebelum menuju ke Makam Sunan Bonang yang berjarak sekitar 75 meter di sisi utaranya.


Sayang, beberapa piring keramik itu ada yang sudah tidak utuh karena retak dan pecah. Bahkan ada pula yang raib entah kemana dan hanya meninggalkan jejak berupa lubang-lubang bekas jarahan oknum-oknum tak bertanggung jawab.





Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com








Indahnya Pesona Masjid Agung Tuban Di Malam Hari


Berkunjung ke Kota Tuban - Jawa Timur sungguh sangat menyenangkan dan berkesan. Di pusat kotanya terdapat alun-alun yang sangat luas dengan tamannya yang bersih dan asri. 
 

Di sekitar alun-alun ini ada sebuah bangunan yang sangat indah dan megah. Bangunan itu adalah Masjid Agung Tuban yang  berada di sebelah barat alun-alun.


Arsitektur  Masjid Agun Tuban ini seperti istana dalam negeri dongeng. Saat pagi hingga sore hari, masjid ini sudah menunjukkan pesona keindahan bangunannya. 



Tentu bisa dibayangkan bagaimana keindahan masjid ini kala malam hari saat cahaya lampu penerangannya mulai menyorotkan cahayanya.



Masjid Agung Tuban ini dulunya bernama Masjid Jamik yang merupakan bangunan kuno dan bersejarah dengan arsitektur bangunan bergaya Portugis. 



Masjid Agung Tuban ini menurut sejarahnya diperkirakan didirikan pada awal permulaan pemerintahan Islam yaitu masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo, Bupati Tuban ke-7 (abad ke-15). 


Arsitektur bangunan masjid dibuat oleh Toewan Opzichter B.O.W.H.M. Toxopeus, berkebangsaan Belanda dan selesai dibagun dan diresmikan pada tanggal 28 Juli 1894. 


Seperti yang tertulis pada prasasti dari batu marmer yang ada di pilar bagian depan masjid


Dalam perkembangannya, bangunan kuno itu kemudian dibongkar secara total dan hanya menyisakan sedikit sekali jejak sejarah bangunan kunonya. Seperti prasasti pembangunan awal masjid ini di bagian depan, kubah tempat wudhu dan sebagainya.
 


Dengan keindahan bangunannya, Masjid Agung Tuban ini juga menjadi destinasi wisata religi yang dikunjungi oleh banyak wisatawan. Apalagi lokasinya juga berdekatan dengan Makam Sunan Bonang yang menjadi lokasi tujuan Wisata Ziarah Walisongo.




Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com

Kamis, 29 Mei 2014

Misteri Rumah Abu The Di Kota Surabaya


Sepintas, tak ada yang menarik dengan bangunan dengan arstitektur Tiongkok kuno itu. Warnanya kusam dengan pintu dan pagar yang senantiasa tertutup. Dua patung singa yang terbuat dari batu seakan menjadi penjaga di bagian depannya. Beberapa ornamen menghiasi dindingnya.


Walau  berada tepat di tepi jalan raya yang cukup ramai lalu lintasnya, bangunan itu seolah menyimpan misteri tersendiri karena  tak banyak orang yang tahu apa nama bangunan itu dan apa fungsinya.Hal ini karena selain tidak terbuka untuk umum, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memasuki bangunan itu.


Siapa sangka, jika ternyata di dalam bangunan yang berwarna putih dan hijau itu terdapat banyak benda indah dan berharga dari nilai sejarahnya. Begitulah gambaran bangunan yang dikenal dengan nama Rumah Abu The.


Rumah Abu The ini berada di Jalan Karet - Kota Surabaya, Jawa Timur. Bersama peserta lainnya, saya beruntung bisa masuk dan menyimak keindahan bangunan ini dalam acara bertema Heritage pada beberapa waktu lalu.Saya merasa beruntung karena akses untuk masuk ke Rumah Abu The itu sangat terbatas bagi umum dan hanya dibuka pada saat-saat tertentu saja.   


Walaupun bernama Rumah Abu, ternyata di dalam bangunan itu bukan merupakan tempat penyimpanan abu jenazah seperti rumah Abu pada umumnya. Tetapi di dalamnya merupakan tempat sembahyang bagi keluarga besar Tionghoa yang bermarga The untuk menghormati leluhur mereka The Sing Koo sebagai generasi pertama yang datang dari Tiongkok dan terus berlanjut hingga sekarang.


Berada di dalam Rumah Abu The ini sangat mengagumkan karena di sana terdapat benda-benda kuno yang masih asli. Di antaranya terdapat keramik dan foto-foto lama. Salah satunya adalah foto tentang  Mayor The Goan Tjing.


Menurut Chrisyandi Tri Kartika dengan sumber  informasi dari  Buku Kenangan Rumah Sembayang Keluarga The Goan Tjing,   Mayor The Goan Tjing dilahirkan di Surabaya pada masa Kaisar Khian-Liong, tahun It-bauw Shio Tho, Cising 17 Lak-gwee 2346 atau tahun 1795 Masehi.


Mayor The Goan Tjing adalah putra Kapten The Sing Koo (The Lan Sin) atau Ing Hong di Surabaya dan cucu Kapten Liem Ing atau buyut Kapten Han Bwee Koo. Semasa hidupnya, bersamaan dengan berhentinya ayahnya (The Sing Koo) sebagai Kapten orang Tionghoa di Surabaya, ia diangkat oleh pemerintah Belanda dengan surat keputusan tanggal 3 September 1825 menggantikan kedudukan ayahnya. 


Atas dasar dedikasi dan simpati dari warga, kemudian pemerintah Belanda mengangkatnya menjadi Mayor orang Tionghoa di Surabaya. Beliau wafat dalam usia 57 tahun, pada jaman Kaisar Ham-Hong, tahun Sin-hay shio Tie, Cising 18 Loen-pik-gwee 2402 atau tanggal 13 Otober 1851.


Yang menarik, Rumah Abu The ini berjarak sekitar 100 meter dari bangunan kuno lainnya yaitu Rumah Abu Han yang juga memiliki fungsi yang serupa tetapi khusus untuk mereka yang bermarga Han. Di dalam rumah Abu Han itu juga banyak terdapat benda-benda kuno yang bersejarah.




Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com


Selasa, 27 Mei 2014

Indahnya Makam Islam Yang Berbentuk Candi di Lamongan

Makam itu sangat menarik sekali. Sepintas, bentuknya seperti bangunan candi. Terlebih dengan lokasinya yang berada di atas bukit atau dataran tinggi. Tetapi siapa sangka jika makam kuno itu ternyata makam Islam yang banyak didatangi oleh para peziarah setiap harinya.


Makam yang dikenal dengan situs Sunan Sendang Duwur adalah sebuah kompleks makam kuno. yang terletak di atas bukit Amitunon di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran Lamongan, Jawa Timur .



Untuk menuju ke situs ini dengan melewati jalan kecil yang di kanan kirinya terdapat batu-batu tebing kapur dengan lubang-lubang guanya. Sayang, akses jalan ke sana terasa tidak nyaman karena banyak yang rusak dan berlubang.


Makam Sunan Sendang Duwur sangat menarik karena bentuk arsitekturnya seperti bangunan candi yang  menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. 


Pada bagian luar terdapat gerbang yang berbentuk Gapura Bentar seperti yang ada di Bali dan gerbang bagian dalam berbentuk Gapura Paduraksa. 



Banyak ornamen yang indah dan artistik menghiasi di bangunan dan batu-batu nisan di kompleks makam itu. 



Sunan Sendang Duwur (1320-1585),merupakan salah satu ulama besar yang berperan dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Nama asli  Sunan Sendang Duwur adalah adalah Raden Noer Rahman yang merupakan putra dari Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad. 


Gelar Sunan Sendang Duwur itu merupakan pemberian Sunan Drajad. Mungkin nama itu juga berdasar pada lokasi kawasan ini yang berada di daerah ketinggian ( Duwur ). Lokasi makam ini sendiri berjarak sekitar 4-5 Km dari makam Sunan Drajat.





Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com