Senin, 25 November 2013

Misteri Tentang Makam Ronggolawe Di Tuban

Ada banyak kisah yang berkaitan dengan Kerajaan-kerajaan di Nusantara pada masa lampau . 

Salah satunya adalah kisah tentang Ronggolawe  ( Ranggalawe ) yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit





Kisah tentang Ronggolawe itu menarik untuk disimak karena banyak ahli sejarah  yang masih mempertanyakan tentang lokasi makam Ronggolawe yang sebenarnya.   


Nama Ronggolawe itu sendiri identik dengan daerah Tuban - Jawa Timur. Tak heran,jika daerah ini juga mempunyai julukan sebagai Bumi Ronggolawe yang seolah menjadi julukan kebanggaan bagi para warganya.

Terlepas tentang polemik kebenaran  lokasi makam Ronggolawe, di Tuban memang ada kawasan makam yang diyakini merupakan makam Ronggolawe. 


  
Makam itu dikenal sebagai Makam Ronggolawe yang berada di Kelurahan Sidomulyo, KecamatanTuban.  Sekitar 400 Meter dari kompleks Wisata Religi makam Sunan Bonang. 

Sedangkan kawasan makamnya oleh warga setempat juga disebut  sebagai Makam Kajongan.Saat berkunjung kesana, suasana tampak cukup sepi. Saya kemudian menghubungi juru kunci makam ini yang sayangnya   dia sedang bekerja.Dengan diantar oleh istrinya yang berusia lanjut , saya  diijinkan untuk masuk ke dalam makam Ronggolawe dan memotret makam dan  ruangan di dalamnya.

Makam Ronggolawe berada di dalam naungan sebuah cungkup yang merupakan bangunan baru. Tak tampak adanya jejak bangunan lama atau kuno disana. Yang ada hanyalah deretan makam dengan nisan kunonya. Nisan makam itu sendiri juga tampak sederhana tanpa banyak hiasan seperti nisan pada makam-makam kuno lainnya.

Makam Ronggolawe berada di bagian tengah dan diapit oleh makam para adipati Tuban lainnya.  Nama para adipati Tuban lainnya itu tercantum pada prasasti baru yang terdapat di depan pintu masuk cungkup makam.

Saya merasa heran dan penasaran ketika melihat dan mengetahui  sosok makam Ronggolawe itu karena tampak sederhana yang dihiasi dengan ornamen kayu berukir.Tentu ornamen kayu yang tampak mengkilap itu merupakan produk baru dan bukan merupakan peninggalan masa lampau.

Sebuah lampu  gantung berada di bagian atasnya dengan tirai atau Kelambu yang bewarna putih yang menyelubunginya. Tak tampak batu nisannya seperti nisan makam-makam kuno lainnya.     Di bagian pusaranya terdapat  dupa yang senantiasa menguarkan bau harumnya yang bernuansa mistis.


Jujur saja, rasa penasaran saya begitu berkecamuk dalam benak. Benarkah makam ini makam dari Ronggolawe, sosok yang legendaris itu? Terlepas dari ornamen-ornamen  baru yang melingkupinya saat ini, kenapa makam Ronggolawe itu tampak begitu sangat sederhana untuk sosok bangsawan sekelas Ronggolawe?  

Kenapa tak ada ornamen-ornamen bangunan lama semacam prasasti , batu penanda  dan simbol-simbol kebesaran lainnya  ibangun pada masa lampau khusus untuk mengenang dan menghormati sosok Ronggolawe ? Ah, entahlah. Mungkin mereka yang bergelut dengan ilmu sejarah yang lebih tahu tentang hal ini.

Dari penelusuran data di internet disebutkan bahwa Ranggalawe atau Rangga Lawe ( lahir: ? - wafat: 1295 ) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini.  

Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.

Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit.   

Konon, nama Rangga Lawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya karena berkaitan dengan penyediaan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang  -raja Kadiri.

Ada  juga yang menjelaskan  arti Rangga berarti ksatria / pegawai kerajaan dan Lawemerupakan sinonim dari wenang, yang berarti "benang", atau dapat juga bermakna "kekuasaan" atau kemenangan. dan Ranggalawe kemudian diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut. 

Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.


Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.  
  
Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja.   

Menurut Kitab Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.   

Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.
   

Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka danRakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara.

Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe.

Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.

Keberadaan Makam Ronggolawe di Tuban menarik untuk dikunjungi , terutama bagi mereka yang suka dengan wisata religi dan spiritual.Sudah menjadi tradisi tahunan ketika memperingati Hari Jadi Tuban pada tgl 12 November , Bupati Tuban  yang sedang menjabat beserta jajaran pejabat lainnya selalu  berziarah ke makam Ronggolawe. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar