Jumat, 13 Desember 2013

Jejak Sejarah Mbah Sambu Di Kota Lasem

Menyusuri pusat kota Lasem - Jawa Tengah, ada sebuah bangunan masjid yang cukup besar, indah dan megah. Banyak yang berkunjung ke masjid itu untuk beribadah dan beristirahat sejenak. 


Ada juga yang mempunyai tujuan khusus yaitu berziarah ke Makam Mbah Sambu, tokoh legendaris di daerah yang terkenal dengan keindahan  Batik Lasem-nya ini.Ternyata, di bagian belakang masjid ini terdapat makam Mbah Sambu. Makam  itu berada dalam bangunan yang unik , indah dan artistik. Ada nuansa bangunan ala Tiongkok yang berpadu dengan budaya Jawa yang  menghiasi arsitekturnya. 



Di dalam naungan bangunan itu, makam Mbah Sambu berada di dalam ruangan yang bentuknya menyerupai kubah yang diberi warna emas dan  warna tembaga. Pada bagian pintunya terdapat papan nama yang bertuliskan Makam Mbah Sambu - Sayyid Abdurrohman.


Sedangkan makam Mbah Sambu itu sendiri berselubung lembaran kain berwarna putih yang menyiratkan suasana sakral. Makam istri Mbah Sambu yang juga berselubung kain putih berdampingan dengan makam Mbah Sambu. Nuansa sejuk terasa di dalam ruangan makam ini karena digunakannya keramik yang berwarna hijau pada dinding dan lantainya.




Dengan  penelusuran data , Mbah Sambu memiliki nama asli  Sayyid Abdurrahman Basayaiban dan  wafat 1671. Beliaua dalah putera Pangeran Benawa, putera dari Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya , Raja dari Kerajaan Pajang yang merupakan  cikal bakal Kerajaan Mataram Islam. Menantu Sultan Trenggono Raja Kerajaan Islam Demak. 



Mbah Sambu dikenal  berjasa dalam meredam aksi perompak yang menimbulkan kekacauan yang  berlarut-larui di pusat kota Lasem. Wilayah Lasem saat itu meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati sampai Jepara. Atas jasanya itu Mbah Sambu yang  juga menantu  Adipati Lasem diberi tanah perdikan meliputi lokasi Masjid Jami’ Lasem sekarang di Kec.Lasem sampai ke selatan di Kec.Pancur.



Mbah Sambu juga berhasil mengusir Kompeni VOC dari Rumah Gedong yang bermarkas di Kauman Desa Karang Turi. Setelah kosong dikuasai Mbah Sambu memberi kesempatan menempati sementara kepada warga termasuk yang berstatus Boro ( mencari kerja ) selama tidak mampu membeli rumah atau kontrak.



Sampai sekarang Rumah Gedong tua peninggalan abad 17 itu masih berdiri megah dan ditempati oleh beberapa kepala keluarga. Pemerintah seharusnya tanggap dengan menetapkannya sebagai bangunan cagar budaya.



Berbeda dengan makam yang disakralkan lainnya, makam ini cukup terbuka karena siapapun bisa berkunjung dan memasuki ruangan makam asalkan sopan dan bisa menjaga sikap. Tetapi yang jelas, ada aturan untuk mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan makam.



Tak jauh dari makam Sambu juga ada beberapa makam kuno lainnya yang juga dinaungi bangunan. Makam-makam itu juga sering menjadi tujuan wisata religi. Sayang, keaslian situs makam-makam kuno pudar karena bangunan makam yang sudah disemen dan dikeramik. Mungkin hal itu dilakukan karena demi faktor kebersihan dan kenyamanan bagi para peziarah.





Ada sebuah tradisi tahunan di makam ini yaitu Haul Mbah Sambu untuk mengenang sejarah dan perjuangan Mbah Sambu. Kegiatan itu dipusatkan di kompleks Makam Mbah Sambu dan Masjid Agung Kota Lasem. 


Berbagai kegiatan diadakan untuk menyemarakannya seperti karnaval budaya, Batik Lasem Festival, khitanan massal, istighotsah, napak tilas sejarah, pentas kesenian dan sebagainya.



Bagi Anda sedang berkunjung ke kota Lasem ini  berminat dalam wisata religi, sejarah dan budaya dan  jangan lupa sempatkan diri untuk berkunjung ke Makam Mbah Sambu untuk menyimak jejak sejarah dan keindahan bangunan makamnya.


Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar