Senin, 10 Maret 2014

Segarnya Minuman Legen Langsung Dari Pohonnya

Kota Tuban - Jawa Timur identik dengan minuman tradisional berupa Legen dan Tuak. Keduanya terbuat dari bahan alami yaitu getah bunga Lontar atau Siwalan ( Borassus flabellifer ) yang  memang banyak terdapat di daerah ini. 



Berbeda dengan tuak yang rasanya pahit dan semakin lama semakin tinggi kadar alkoholnya yang bisa memabukkan, untuk Legen terasa manis dan bercampur segar yang  hanya bisa bertahan tak lebih dari empat jam saja untuk selanjutnya berubah rasa menjadi tuak.





Salah satu daerah sentra penghasil minuman legen dan tuak itu adalah Desa Tasikmadu,Kecamatan Palang atau sekitar 8 km arah timur dari pusat kota Tuban. Lokasinya mudah dijangkau bila dituju dari kompleks Perumahan Tasikmadu karena berada di belakang kompleks itu.





Saat saya berkunjung kesana , saya menjumpai Pak Abdul Aziz ( 65 th ), salah seorang penyadap legen sedang berada di pepohonan lontar yang berada di tengah rimbunnya kebun buah belimbing madu.



Biasanya dia berada di sana itu  pada sore hari sekitar jam 3 dan pagi hari jam 6 untuk mengambil minuman Legen yang sudah ditampung dalam ' Bumbung ' ( wadah terbuat dari bambu ) pada setengah hari sebelumnya.



Bila bumbung itu dipasang pada sore hari, maka bumbung yang telah berisi legen itu akan dipanen pada pagi harinya. Begitu pula bila bumbung itu dipasang pada pagi hari, maka bumbung itu akan dipanen pada sore harinya.




Menurut Pak Aziz, pada musim penghujan produksi legen bisa sangat jauh berkurang dibanding dengan pada musim kemarau. Bila pada musim kemarau setiap panenan dia bisa mengambil sampai 15 bumbung berisi legen, tetapi pada musim penghujan ini hdalam setiap panenan hanya bisa memanen 5 - 10 bumbung berisi legen saja.



Begitu pula dengan para penyadapnya yang pada musim kemarau biasanya banyak dijumpai di lokasi, saat itu saya hanya menjumpai Pak Aziz saja yang masih aktif menyadap legen. Sedangkan penyadap lainnya lebih memilih menggeluti pekerjaan lainnya .


Menikmati Legen yang masih segar dan langsung dari pohonnya tentu sangat berbeda dibanding dengan legen yang sudah didiamkan selama beberapa jam. Sensasi asam, manis yang segar sangat terasa ketika legen itu mulai membasahi lidah kita.




Harga legen yang murni itu juga cukup murah yaitu hanya Rp 4000 per liter atau Rp 5000 per botol plastik kemasan 1500 Ml.



Untuk menyadap legen itu sendiri membutuhkan peralatan yang tradisional dan sederhana. Terdiri dari pisau;angkul-angkul ( pegangan yang terbuat dari kayu serut dan berbentuk seperti lingkaran untuk berpegangan pada batang pohon lontar); dan  bumbung ( wadah penampung getah legen yang terbuat dari bambu ).



Yang menarik, ada juga semacam penjepit yang terbuat dari bambu. Penjepit itu ternyata berguna untuk ' memijat ' bunga Pohon Siwalan agar bisa tetap lancar mengeluarkan getah legennya. Hal ini karena pada musim penghujan, getah legen itu tidak banyak keluarnya sehingga perlu upaya pemijatan.



Pohon-pohon siwalan itu sendiri bukanlah milik Pak Aziz karena dia hanya menyewa dari pemilik pohon Siwalan dengan ongkos sewa Rp 60.000 per tahun untuk setiap pohonnya. Dari usaha menyadap legen murni itu, cukup banyak pelanggan legennya. 



Ini terlihat dari selalu habisnya berapapun banyak legen yang dia dapatkan setiap harinya. Tak jarang banyak pembeli yang pulang dengan hampa karena tidak kebagian  legen itu. 


Terlebih bila pada bulan Ramadhan, banyak warga yang mengantrikan botol atau jerigennya agar tidak kehabisan legen yang akan digunakan untuk minuman berbuka puasa. Begitulah kisah dan  daya tarik dari nikmatnya Legen ala Tuban ini,




Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com












Tidak ada komentar:

Posting Komentar