Dua arca itu adalah arca Dwarapala yang berada di di daerah Singosari - Malang, Jawa Timur.Lokasinya berjarak sekitar 100 meter di arah barat Candi Singosari .
Arca dwarapala yang dibuat dari batu monolitik dengan ketinggian 3,70 m. Keberadaan dua arca dwarapala itu menunjukkan bahwa lokasi itu pada masa lalu merupakan pintu gerbang dari kerajaan Singosari, sebab fungsi arca Dwarapala di masa lalu memang sebagai simbol dari penjaga pintu atau pintu gerbang.
Nama Dwarapala sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti penjaga pintu atau pengawal pintu gerbang. Sekalipun keberadaan dua arca dwarapala menunjuk pada kemungkinan pintu gerbang kerajaan di masa lalu, tetapi hingga saat ini belum dilakukan rekonstruksi untuk mengetahui dimanakah letak istana Singosari secara tepat apakah disebelah barat atau timur Dwarapala karena situs bangunan istana Singosari sampai sekarang juga belum diketahui letaknya.
Secara sepintas kedua arca tersebut nampak sama sehingga boleh dikatakan sebagai raksasa kembar. Hanya sikap tangan dari keduanya yang berbeda. Arca Dwarapala yang berada diseltan, tangan kiri berada diatas lutut kiri. Sedangkan tangan kanan memegang gada yang ditelungkupkan ke bawah. Arca Dwarapala yang berada di utara, tangan kiri memegang gada yang ditelungkupkan, sedangkan tangan kanan bersifat "memperingatkan" dengan jari-jari tengah dan telunjuk diacungkan keatas, sedangkan tiga jari lainnya dirapatkan di telapak tangan.
Ornamen yang dikenakan pada kedua arca tersebut bernuansa seram dan kekerasan. Kepalanya memakai hiasan semacam ikat kepala yang dihias dengan hiasan Kapalaatau tengkorak-tengkora. Kedua telinga memakai anting-anting berbentuk tengkorak yang dikombinasi dengan untaian manik-manik. Anting-anting ini bernama Kapala Kundala. Hiasan kelat bahu disebut Sarpa Keyura yaitu kelat bahu yang berupa seekor ular.
Hiasan gelang disebut Bhujangga Valaya yang merupakan gelang dari ular juga. Hiasan tali yang melingkar dibahu dan menjuntai ke perut disebut Yajnopavita yaitu tali kasta yang berupa seekor ular besar . Diatas perutnya memakai hiasan ikat pinggang yang disebut Udarabandha.
Pada lehernya memakai kalung dari untaian tengkorak pula yang disebut Kapala Hara. Pada kedua kakinya juga memakai gelang binggel dari ular. Gelang demikian disebut Bhujangga Nupura.
Kedua arca raksasa ini membawa gada yang pangkalnya berbentuk Wajra. Wajra adalah lambang petir yang mempunyai kekuatan dahsyat. Bentuk gada dari masing-masing raksasa itu jika diperhatikan secara seksama ada sedikit perbedaan. Bagian bawah arca raksasa memakai kain sarung yang dibagian alat vitalnya dihias dengan motif tengkorak.
Kedua arca raksasa ini membawa gada yang pangkalnya berbentuk Wajra. Wajra adalah lambang petir yang mempunyai kekuatan dahsyat. Bentuk gada dari masing-masing raksasa itu jika diperhatikan secara seksama ada sedikit perbedaan. Bagian bawah arca raksasa memakai kain sarung yang dibagian alat vitalnya dihias dengan motif tengkorak.
Banyaknya hiasan dengan motif tengkorak pada arca Dwarapala tersebut menunjukkan suatu ciri dari langgam atau gaya kesenian jaman kerajaan Singasari yang berdasarkan ajaran Siva Budha aliran Tantra.
Letak kedua arca tersebut berada disisi kiri dan kanan jalan utama desa Candirenggo yang membujur dari timur ke barat.Arca raksasa yang sebelah kiri (selatan) berada diatas pedestal buatan yang dibuat sekitar tahun 1982 sewaktu arca tersebut diangkat dari kondisinya yang tenggelam sebatas perut menghadap utara.
Yang menarik, ada kisah unik berkaitan dengan proses pengangkatan arca Dwarapala tersebut. Yaitu tentang dua buah traktor yang diperkirakan mampu mengangkatnya ternyata "kewalahan" ditandai dengan melengkungnya tuas besi pengangkatnya.
Yang menarik, ada kisah unik berkaitan dengan proses pengangkatan arca Dwarapala tersebut. Yaitu tentang dua buah traktor yang diperkirakan mampu mengangkatnya ternyata "kewalahan" ditandai dengan melengkungnya tuas besi pengangkatnya.
Konon, dengan "wangsit" ( petunjuk ) yang diterima oleh salah seorang pekerja, arca tersebut baru bisa diangkat bila kedua matanya ditutup dengan kain hitam dan menggunakan tiga batang pohon kelapa sebagai tiang penyangganya. Setelah dilakukan upacara ritual dan sesuai dengan petunjuk wangsit tersebut, barulah arca tersebut bisa diangkat dan dipindahkan.
Keberadaan Arca Dwarapala itu semakin menambah pesona keindahan Candi Singosari yang konon ternyata belum selesai pengerjaannya .