Selasa, 28 Januari 2014

Jejak Walisongo Di Makam Sunan Bonang Tuban

Kisah tentang Walisongo sebagai penyebar ajaran Islam di Pulau Jawa merupakan hal yang menarik untuk disimak. Selain dengan berbagai kisah dan legendanya, Walisongo juga meninggalkan jejak-jejak masa lampau dalam berbagai bentuknya.


Salah satu dari Walisongo itu adalah Sunan Bonang yang dimakamkan di kota Tuban - Jawa Timur. Makam ini menjadi kawasan wisata religi yang  didatangi oleh banyak wisatawan .


Walau sangat disayangkan karena pada beberapa bagian di kawasan situs ini sudah mengalami pembongkaran dan pembenahan yang merusak situs aslinya,  di lokasi ini bisa dijumpai berbagai benda  peninggalan masa Sunan Bonang.

Gapura itu berbentuk khas dan unik. Sebuah jalan kecil terdapat di bagian tengahnya dan di sisi timurnya.Pada dinding gapura juga  terdapat hiasan berupa tempelan piring-piring keramik kuno.




Umumnya piring-piring  dalam berbagai ukuran itu  berwarna putih dengan hiasan tulisan Arab dan hiasan-hiasan lainnya yang berwarna biru, hitam dan merah.

Gapura yang bernama Paduraksa itu merupakan salah satu gapura di kawasan wisata makam Sunan Bonang yang menjadi  jejak budaya masa lampau.


Sebagai situs dan cagar budaya, Kompleks Makam Sunan Bonang di Kota Tuban – Jawa Timur  terdapat banyak benda bersejarah . Di sana, kita bisa menjumpai beberapa gapura dengan bentuknya yang cukup unik.

Seperti halnya tempat Wisata religi Walisongo lainnya, memasuki kawasan wisata Religi makam Sunan Bonang banyak terdapat Deretan Toko dan kios dengan beraneka barang dagangannya.
Pada bagian awal memasuki kawasan ini akan tampak tiruan Gapura berbentuk paduraksa. Jarak sekitar 100 meter selanjutnya ada gapura dengan satu pintu masuk di bagian tengah. Gapura itu cukup rendah sehingga untuk memasuki harus dengan agak menunduk.

Gapura yang berwana putih dengan hiasan tulisan arab di bagian atas dan Ukir-ukiran itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan atap terbuat dari kayu dan berbentuk sirap. Melewati gapura ini sekitar 10 meter berikutnya ada lagi gapura berbentuk paduraksa dan dengan tinggi sekitar 5 meter.
Pada gapura yang pada beberapa bagiannya banyak ditumbuhi Lumut ini terdapat tiga pintu masuk. Pintu masuk di bagian tengah tampak lebih tinggi dibanding pintu masuk di sebelah kanan dan kirinya.

Sayangnya, keberadaan banyak lapak di sekitar gapura itu terasa cukup mengganggu pengunjung untuk menikmati keindahan bangunan gapura. Meja atau tenda-tenda lapak tampak menutupi bagian depan gapura sehingga praktis bangunan gapura ini tidak tampak bentuknya jika dilihat dari bagian depan. Bentuk bangunan gapura ini baru terlihat dari bagian belakangnya.

Pada beberapa bagian dinding gapura terdapat lubang-lubang berbentuk lingkaran yang mungkin dulunya merupakan tempat ditempelkannya beberapa keramik kuno. Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik Kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.
  
Selain itu,   di sekitar gapura-gapura itu juga terdapat benda-benda kuno lainnya yang tersimpan di dalam Pendapa Rante atau juga disebut Bale Rante, yaitu bangunan pelindung  yang terbuat dari kayu dan bentuknya seperti pendapa dalam ukuran kecil.

Pendapa Rante itu berada di depan Gapura Paduraksa pada sebelah barat   dan sebelah timur yang seolah mengawal  Gapura Paduraksa. Kedua Pendapa Rante itu dipisahkan oleh sebuah jalan yang menuju  dan melewati gapura Paduraksa.Di sekitar Pendapa  Rante ini banyak terdapat makam kuno lainnya.
Masing-masing  Pendapa Rante yang atapnya berbentuk sirap itu berukuran sekitar 2x3 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter. Terdapat pagar besi yang mengelilingi Pendapa Rante. Di dalam Pendapa rante terdapat benda-benda peninggalan masa Sunan Bonang.

Diantaranya berbentuk batu nisan kuno yang bertuliskan huruf Arab dan terbuat dari batu putih, batu kotak semacam lesung, batu berlubang dan batu bergaris. 

Pada setiap tahunnya saat bulan Ramadhan, di kompleks makam Sunan Bonang ini juga terdapat tradisi dan budaya yang cukup unik yaitu pembagian Bubur Suruh bagi warga yang berpuasa. Bubur itu juga cukup unik karena rasanya yang khas.




Ada juga  bola-bola batu yang berukuran sekepalan tangan orang dewasa, umpak (alas penyangga ) bangunan yang terbuat dari batu,  kayu-kayu kuno bekas bangunan masjid dan makam, dsb.Beberapa benda-benda itu ada yang kondisinya masih utuh dan terawatt dengan baik dan  ada juga yang kondisinya sudah pecah, retak dan terbagi menjadi beberapa bagian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar