Senin, 24 Maret 2014

' Blusukan ' Sejarah Ala Surabaya Historical Community

Pagi itu di hari Minggu tanggal 23 Maret 2014, suasana di halaman depan gedung PT. Telkom di Jalan Kalisosok - Surabaya sangat samai sekali. Ada banyak orang yang sebagian besar adalah pemuda berkumpul di sana. 


Ternyata mereka adalah anggota dari Surabaya Historical Community ( SHC ), sebuah komunitas pecinta dan pegiat sejarah di kota Pahlawan ini.


Agenda mereka saat itu adalah mengadakan kegiatan mengunjungi beberapa bangunan yang kuno dan bersejarah di Surabaya, khususnya yang berada di kawasan kota lama di sekitar Jembatan Merah.


Mereka menamakan kegiatan ini sebagai ' Blusukan Kota Dagang dan Niaga ' dan merupakan kegiatan yang ketiga kalinya yang telah mereka adakan setiap bulannya.

 

 
Setelah memberikan penjelasan awal, perjalanan wisata sejarah pun segera dimulai dengan berjalan kaki secara bersama. Ada juga peserta yang menggunakan sepeda kuno sebagai bagian dari nuansa nostalgia.



Kunjungan lokasi yang pertama adalah bekas penjara Kalisosok yang berlokasi di sebelah barat gedung Telkom.


Penjara yang tampak terlantar dan merana ini pada masa lampau merupakan tempat ditawannya beberapa pejuang dan pahlawan nasional seperti K.H. Mas Mansyur, penulis Tjamboek Berdoeri alias Kwee Thiam Tjing dan sebagainya.

  
Sayang, rombongan tidak bisa memasuki penjara ini karena bangunan itu dan hanya menyaksikan bangunan ini dari bagian depan dan sampingnya saja. 


Hal ini karena menurut Noer Satriawan, pengurus SHC, penjara Kalisosok saat ini merupakan milik private dari sebuah perusahaan swasta dan tak mudah untuk mendapatkan izin memasukinya.


Dari Penjara Kalisosok, perjalanan berlanjut menuju ke Gedung ex Javasche Bank. Gedung yang indah dan megah ini merupakan cikal bakal sejarah berdirinya Bank Indonesia di Surabaya.


Sesuai dengan namanya, di gedung ini menyimpan benda-benda yang berkaitan dengan perbankan, khususnya sejarah tentang Bank Indonesia di Surabaya pada masa lampau.


Lokasi berikutnya adalah Jembatan Merah yang menjadi saksi sejarah perjuangan dan perlawanan pejuang Surabaya melawan tentara Sekutu. 
 
 
Di sekitar Jembatan Merah ini pula lokasi tewasnya Brigjen A.W.S. Mallaby, pimpinan tentara Sekutu.


Setelah itu kemudian menuju ke kawasan Kya-kya di sepanjang Jalan Kembang Jepun yang banyak terdapat bangunan kuno yang masih bertahan hingga saat ini. 
 

Bangunan-bangunan itu ada yang berfungsi sebagai perkantoran, pertokoan, tempat tinggal dan sebagainya.


Di ruas Jalan itu pula terdapat gedung kantor Bank Mandiri, yang di bagian bawahnya merupakan Museum Bank Mandiri. 


Di dalam museum itu terdapat koleksi-koleksi benda-benda perbankan tentang sejarah Bank Escompto pada masa lampau.


Wisata kota lama kemudian berlanjut menuju ke  sekitar kawasan Ampel dan juga masuk ke sebuah bangunan kelenteng kuno. 


Yang menarik, dalam komunitas ada banyak fotografer yang ikut bergabung. 


Tentu saja selama perjalanan, mereka juga hunting foto dengan obyek-obyek menarik dan fotografis  yang mereka jumpai.


Sebuah upaya dari Surabaya Historical Community yang patut diapresiasi sebagai bagian dari usaha dan upaya untuk mengenalkan dan menghargai sejarah Kota Surabaya pada masa lampau.



1 komentar: