Jumat, 02 Mei 2014

Berwisata Religi Ke Makam Sunan Drajat, Lamongan

Ada yang istimewa di daerah Paciran , Lamongan - Jawa Timur. Di daerah ini terdapat beberapa destinasi wisata yang sangat terkenal seperti Wisata Bahari Lamongan, Gua Maharani, dan Makam Sunan Drajat.Semuanya memiliki karakteristik dan keindahan tersendiri.


Begitu halnya dengan makam Sunan Drajat yang menjadi salah satu tujuan wisata Ziarah Walisongo.

  
Setiap harinya, kawasan wisata religi Makam Sunan Drajat ini senantiasa didatangi oleh banyak wisatawan.
 
Baik yang sekedar untuk wisata pengetahuan, wisata religi, atau wisata minat khusus.Tak jarang, banyak diantara wisatawan ini yang datang kesana dengan harapan memperoleh berkah dari Sang Sunan.


Makam Sunan Drajat berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan menjadi salah satu tujuan kegiatan Wisata religi. 
Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel dan diperkirakan lahir pada tahun 1470 masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, yang mendapat gelar Raden Syarifudin. 
Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan. 





Daerah ini diberikan oleh kerajaan Demak. Beliau juga diberi gelar sebagai Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Dalam hidupnya, Sunan Drajat dikenal dengan filosofi dan jiwa kepedulian sosialnya pada warga yang tidak mampu. 
 
 


Filosofi Sunan Drajat dalam kepedulian pada sesama itu terabadikan dalam sap Tangga ke tujuh dari tataran kompleks  Makam Sunan Drajat dan Relief kayu yang di cungkup Makam.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali yang membuat tembang ( lagu Jawa ) Mocopat yakni Pangkur yang dimainkan dengan seperangkat Gamelan yang disebut Singo Meng­kok.

Seperangkat gamelan Kuno Sunan Drajat itu kini tersimpan di Museum Sunan Drajat yang berada di kompleks makam Sunan Drajat. 


Pada tahun 1992 dilakukan pemugaran Cungkup makam dan pembangu­nan Gapura Paduraksa serta pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat .
 

 
Sedangkan pada tahun 1993-1994 dilakukan pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat yang dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paseban, bale rante serta Cungkup Sitinggil.
Dulu bila dipandang dari kejauhan bangunan makam Sunan Drajat ini laksana Candi yang terbuat dari Batu andesit dengan bentuknya yang Khas
Tetapi  kini panorama indah seperti itu sudah berubah dan tertutupi oleh bangunan selasar yang terbuat dari kayu.

Di sekitar cungkup makam Sunan Drajat itu sendiri terdapat banyak makam kuno. Diantara makam kuno itulah para peziarah berdoa dengan khusuknya.

Sayang, oleh petugas di sana, pengunjung dilarang memotret pada makam Sang Sunan , walau hanya pada bagian depan masuk ke cungkup makam. Di luar batasan itu, pengunjung bisa memotretnya.

Seperti halnya makam Walisongo lainnya, tak jauh dari cungkup makam Sunan Drajat ini terdapat gentong-gentong besar yang berisi air. Air yang masih mentah itulah yang langsung diminum oleh para pengunjung. Beberapa di antaranya menyempatkan diri dengan menuang air itu ke dalam botol untuk di bawa pulang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar