Kawasan di tepi pantai yang berlokasi di Desa Tanjung Piring, Bangkalan - Madura itu sangat luas sekali. Sepintas tak ada yang istimewa di sana karena lokasinya yang seperti hutan dengan pepohonan yang besar dan rindang. Semak-belukar yang tumbuh merambat atau bersulur menutupi daerah itu.
Tetapi siapa sangka jika di kawasan itulah terdapat bangunan kuno yang bersejarah. Bangunan itu berbentuk benteng yang dibangun pada masa lampau sebagai salah satu pertahanan dalam menghadapi serangan musuh.
Benteng itu dikenal dengan nama Benteng Cakraningrat IV. Sesuai dengan namanya, benteng itu berkaitan dengan sejarah Cakraningrat IV, penguasa di Pulau Madura kala itu.
Pihak kolonial Belanda melalui VOC saat itu tidak mau mengakui tuntutan Cakraningrat IV atas kekuasaan yang besar di sebagian wilayah Jawa Timur.
Pada tahun 1745, VOC menyatakan bahwa Cakraningrat IV diturunkan dari tahta dan akan diperlakukan sebagai pemberontak.
Setelah melakukan perundingan dengan Cakraningrat IV tetapi hasilnya sia-sia, akhirnya terjadilah peperangan antara VOC dengan pasukan dari Cakraningrat IV.
Akibat peperangan itu, pasukan Cakraningrat IV melemah dan Cakraningrat IV pun kemudian ditawan oleh VOC yang kemudian membawanya ke Batavia dan membuangnya ke Tanjung Harapan pada tahun 1746 hingga wafat pada tahun 1753.
Menelusuri jejak benteng itu membutuhkan stamina yang cukup prima karena medannya yang cukup menantang dengan menembus semak-belukar yang lebat. Selain juga karena suasananya yang bernuansa horor ala Dunia Lain.
Benteng-benteng itu ada yang dalam keadaan utuh dan ada juga yang tinggal puing-puingnya saja.Menurut Ady Setyawan, ST. dari komunitas Roode Brug Soerabaia, puing-puing kehancuran benteng itu mungkin karena serangan mortir yang dahsyat.
Dan yang menarik, pada salah satu benteng di sana terdapat tulisan dalam huruf Kanji - Jepang yang artinya ' Jangan Menyalakan Api ".
Benteng-benteng itu sendiri terdiri dari beberapa bangunan Bastion dengan berbeda fungsi. ada yang berfungsi sebagai lokasi pengintaian dan pertahanan, tempat pembangkit listrik ( genset ), tempat penyimpanan senjata dan amunisi.
Fungsi lainnya sebagai tempat pertahanan dan perlindungan, markas, barak prajurit, pengintaian dan docking alat angkutan laut dan ada juga yang masih belum diketahui fungsinya. Yang menyeramkan, di sana juga da sumur tua yang ternyata pada masa lampau digunakan sebagai tempat membuang jenazah korban perang.
Saya merasa bersyukur bisa mengikuti kegiatan penelusuran sejarah bersama Roode Brug Soerabaia bersama komunitas-komunitas sejarah di Bangkalan itu belum lama ini dalam kegiatan bertajuk Plesiran Ke Poelaoe Garam.
Kegiatan ini menjadi salah satu upaya dalam mengenan dan menghargai jejak sejarah bangsa ini yang terjadi pada masa lampau.
Jenazah Utuh Terkubur 35 Tahun
Penampakan Jin,Tuyul dan Pocong Di Tuban
Uang Bung Karno
Candi Unik Di Bawah Tanah
Situs Pemukiman Kerajaan Majapahit
Patung Budha Tidur Raksasa
Mitos Siluman Buaya Putih
Gerbang Kerajaan Majapahit
Makam Sunan Bonang - Tuban
Makam Islam Yang Berbentuk Candi di Lamongan
Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Rumah Abu The di Surabaya
Aksi Anak Yang Menegangkan di Watu Ondo
-----
Indahnya Arca Dewa Wisnu
Uang Bung Karno
Candi Unik Di Bawah Tanah
Situs Pemukiman Kerajaan Majapahit
Patung Budha Tidur Raksasa
Mitos Siluman Buaya Putih
Gerbang Kerajaan Majapahit
Makam Sunan Bonang - Tuban
Makam Islam Yang Berbentuk Candi di Lamongan
Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Rumah Abu The di Surabaya
Aksi Anak Yang Menegangkan di Watu Ondo
-----
Indahnya Arca Dewa Wisnu
www.jelajah-nesia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar