Ada yang istimewa di daerah Paciran , Lamongan - Jawa Timur. Di daerah ini terdapat beberapa destinasi wisata yang sangat terkenal seperti Wisata Bahari Lamongan, Gua Maharani, dan Makam Sunan Drajat.Semuanya memiliki karakteristik dan keindahan tersendiri.
Begitu halnya dengan makam Sunan Drajat yang menjadi salah satu tujuan wisata Ziarah Walisongo.
Setiap harinya, kawasan wisata religi Makam Sunan Drajat ini senantiasa didatangi oleh banyak wisatawan.
Setiap harinya, kawasan wisata religi Makam Sunan Drajat ini senantiasa didatangi oleh banyak wisatawan.
Baik yang sekedar untuk wisata pengetahuan, wisata religi, atau wisata minat khusus.Tak jarang, banyak diantara wisatawan ini yang datang kesana dengan harapan memperoleh berkah dari Sang Sunan.
Makam Sunan Drajat berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan menjadi salah satu tujuan kegiatan Wisata religi.
Sunan Drajat adalah
putra dari
Sunan Ampel dan
diperkirakan
lahir pada tahun 1470
masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, yang
mendapat gelar Raden Syarifudin.
Sunan
Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa
Drajat, Paciran,
Kabupaten
Lamongan.
Daerah ini diberikan oleh kerajaan Demak. Beliau juga diberi gelar sebagai Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Daerah ini diberikan oleh kerajaan Demak. Beliau juga diberi gelar sebagai Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Dalam hidupnya, Sunan Drajat
dikenal dengan filosofi dan jiwa kepedulian sosialnya pada warga
yang tidak mampu.
Filosofi Sunan Drajat dalam kepedulian pada sesama itu terabadikan dalam sap Tangga ke tujuh dari tataran kompleks Makam Sunan Drajat dan Relief kayu yang di cungkup Makam.
Filosofi Sunan Drajat dalam kepedulian pada sesama itu terabadikan dalam sap Tangga ke tujuh dari tataran kompleks Makam Sunan Drajat dan Relief kayu yang di cungkup Makam.
Sunan Drajat
juga dikenal sebagai seorang Wali
yang membuat
tembang (
lagu Jawa ) Mocopat
yakni Pangkur
yang dimainkan dengan seperangkat Gamelan yang disebut Singo
Mengkok.
Seperangkat gamelan Kuno
Sunan Drajat itu
kini
tersimpan di Museum
Sunan Drajat yang berada di kompleks makam Sunan Drajat.
Pada tahun 1992 dilakukan pemugaran Cungkup makam dan pembangunan Gapura Paduraksa serta pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat .
Pada tahun 1992 dilakukan pemugaran Cungkup makam dan pembangunan Gapura Paduraksa serta pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat .
Sedangkan pada tahun 1993-1994 dilakukan pembenahan
dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat
yang dilanjutkan
dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paseban, bale rante
serta Cungkup Sitinggil.
Dulu bila dipandang dari
kejauhan bangunan makam Sunan Drajat ini laksana Candi yang terbuat
dari Batu andesit dengan bentuknya yang Khas.
Tetapi kini panorama
indah seperti itu sudah berubah dan tertutupi oleh bangunan selasar
yang terbuat dari kayu.
Di sekitar cungkup makam Sunan Drajat itu sendiri terdapat banyak makam kuno. Diantara makam kuno itulah para peziarah berdoa dengan khusuknya.
Sayang, oleh petugas di sana, pengunjung dilarang memotret pada makam Sang Sunan , walau hanya pada bagian depan masuk ke cungkup makam. Di luar batasan itu, pengunjung bisa memotretnya.
Seperti halnya makam Walisongo lainnya, tak jauh dari cungkup makam Sunan Drajat ini terdapat gentong-gentong besar yang berisi air. Air yang masih mentah itulah yang langsung diminum oleh para pengunjung. Beberapa di antaranya menyempatkan diri dengan menuang air itu ke dalam botol untuk di bawa pulang.
www.jelajah-nesia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar