Sepintas, tak ada yang menarik dengan bangunan dengan arstitektur Tiongkok kuno itu. Warnanya kusam dengan pintu dan pagar yang senantiasa tertutup. Dua patung singa yang terbuat dari batu seakan menjadi penjaga di bagian depannya. Beberapa ornamen menghiasi dindingnya.
Walau berada tepat di tepi jalan raya yang cukup ramai lalu lintasnya, bangunan itu seolah menyimpan misteri tersendiri karena tak banyak orang yang tahu apa nama bangunan itu dan apa fungsinya.Hal ini karena selain tidak terbuka untuk umum, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memasuki bangunan itu.
Siapa sangka, jika ternyata di dalam bangunan yang berwarna putih dan hijau itu terdapat banyak benda indah dan berharga dari nilai sejarahnya. Begitulah gambaran bangunan yang dikenal dengan nama Rumah Abu The.
Rumah Abu The ini berada di Jalan Karet - Kota Surabaya, Jawa Timur. Bersama peserta lainnya, saya beruntung bisa masuk dan menyimak keindahan bangunan ini dalam acara bertema Heritage pada beberapa waktu lalu.Saya merasa beruntung karena akses untuk masuk ke Rumah Abu The itu sangat terbatas bagi umum dan hanya dibuka pada saat-saat tertentu saja.
Walaupun bernama Rumah Abu, ternyata di dalam bangunan itu bukan merupakan tempat penyimpanan abu jenazah seperti rumah Abu pada umumnya. Tetapi di dalamnya merupakan tempat sembahyang bagi keluarga besar Tionghoa yang bermarga The untuk menghormati leluhur mereka The Sing Koo sebagai generasi pertama yang datang dari Tiongkok dan terus berlanjut hingga sekarang.
Berada di dalam Rumah Abu The ini sangat mengagumkan karena di sana terdapat benda-benda kuno yang masih asli. Di antaranya terdapat keramik dan foto-foto lama. Salah satunya adalah foto tentang Mayor The Goan Tjing.
Menurut Chrisyandi Tri Kartika dengan sumber informasi dari Buku Kenangan Rumah Sembayang Keluarga The Goan Tjing, Mayor The Goan Tjing dilahirkan di Surabaya pada masa Kaisar Khian-Liong, tahun It-bauw Shio Tho, Cising 17 Lak-gwee 2346 atau tahun 1795 Masehi.
Mayor The Goan Tjing adalah putra Kapten The Sing Koo (The Lan Sin) atau Ing Hong di Surabaya dan cucu Kapten Liem Ing atau buyut Kapten Han Bwee Koo. Semasa hidupnya, bersamaan dengan berhentinya ayahnya (The Sing Koo) sebagai Kapten orang Tionghoa di Surabaya, ia diangkat oleh pemerintah Belanda dengan surat keputusan tanggal 3 September 1825 menggantikan kedudukan ayahnya.
Atas dasar dedikasi dan simpati dari warga, kemudian pemerintah Belanda mengangkatnya menjadi Mayor orang Tionghoa di Surabaya. Beliau wafat dalam usia 57 tahun, pada jaman Kaisar Ham-Hong, tahun Sin-hay shio Tie, Cising 18 Loen-pik-gwee 2402 atau tanggal 13 Otober 1851.
Yang menarik, Rumah Abu The ini berjarak sekitar 100 meter dari bangunan kuno lainnya yaitu Rumah Abu Han yang juga memiliki fungsi yang serupa tetapi khusus untuk mereka yang bermarga Han. Di dalam rumah Abu Han itu juga banyak terdapat benda-benda kuno yang bersejarah.
www.jelajah-nesia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar