Berbeda dengan kondisi Makam Belanda di Peneleh yang kotor, kumuh, tidak terawat dan berbau, Ereveld ini tampak bersih , rapi, teratur dan terawat dengan baik. Bahkan Ereveld juga terkesan ekslusif karena tak setiap orang bisa memasuki kawasan itu tanpa izin dari Konsulat Belanda. Hanya pada hari dan kegiatan tertentu saja kita bisa memasukinya.
Saya beruntung bisa memasuki kawasan Ereveld itu bersama dengan komunitas Roode Brug Soerabaia, Max Van Der Werff dan komunitas Indo - Belanda dalam acara ziarah bersama pada beberapa waktu yang lalu. Memasuki pemakaman Ereveld tampak deretan nisan yang berwarna putih dan terdapat nama jenazahnya. Hamparan rumput dengan taman dan kolam yang asri tampak menghiasi pemakaman yang konon merupakan yang terluas di Asia Tenggara karena luasnya mencapai 15 hektar.
Kompleks pemakaman ini telah ada sejak zaman kolonial Belanda tahun 1917 ini. Kompleks makam ini sebelumnya diperuntukkan untuk warga negara Belanda , termasuk Eropa. Keberadaannya masih difungsikan sampai saat ini yang kemudian berkembang menjadi makam bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik dengan diberi pagar sebagai pembatasnya.
Kompleks Ereveld Kembang Kuning ini dikelola oleh Oorlogsgravenstichting atau OGS (Netherlands War Graves Foundation ). Pihak Belanda sendiri menyewa lahan pemakaman ini dan menggaji para petugasnya untuk menjaga dan merawatnya dengan baik.
Dalam bertugas, mereka berpakaian seragam lengkap mirip seragam Satpol Pamong Praja yang sibuk memotong rumput yang mulai tumbuh panjang, mengecet nisan makam yang mulai pudar dengan cata warna putih dan ada yang selalu siap berjaga di depan pintu gerbang makam menyambut tamu yang datang.
Menurut Ketua Tim 11 Von Faber Cagar Budaya
Surabaya, Eddy E. Samson, di Ereveld ini banyak dimakamkan para korban perang dunia ke II tahun 1942 di
Indonesia.
Masih kata Eddy, tanah
makam seluas 340.800 meter persegi itu diberikan ke Belanda oleh
Indonesia. Segala bentuk pembiayaan makam dibiayai langsung oleh Belanda
melalui yayasan OGS.
Dari yayasan itu, Eddy diminta untuk memelihara, memperjuangkan makam tersebut sebagai Cagar Budaya.Sedangkan untuk perawatan makam selain dibiayai oleh pemerintah Belanda melalaui OGS, juga mendapat subsidi dari kerajaan Belanda dan Yayasan Het Gebaar.
Pada
tanggal 27 Februari 1942 terjadi pertempuran di laut Jawa yang mengakibatkan kapal milik Belanda
tenggelam. Setiap tanggal 4 Mei diperingati sebagai hari Pahlawan Belanda,. Karena itu dan
jangan heran kalau di makam itu berkibar bendera Belanda pada saat hari
tertentu.Dari yayasan itu, Eddy diminta untuk memelihara, memperjuangkan makam tersebut sebagai Cagar Budaya.Sedangkan untuk perawatan makam selain dibiayai oleh pemerintah Belanda melalaui OGS, juga mendapat subsidi dari kerajaan Belanda dan Yayasan Het Gebaar.
Pada saat itu ada banyak warga negara Belanda yang berkumpul di kompleks makam kehormatan Belanda (ereveld) Kembang Kuning. Mereka datang untuk memperingati pertempuran di laut Jawa pada 27 Februari 1942, yang menyebabkan tiga kapal Belanda karam.
Jenasah ratusan anak buah kapal yang juga tentara kerajaan Belanda itu dimakamkan secara terpisah di masing-masing ereveld yang ada di Jakarta, Bandung, dan Semarang dan di Surabaya yaitu Ereveld Kembang Kuning itu.
Dalam perayaan itu, upacara penghormatan diadakan di tugu yang mencantumkan nama-nama dari para tentara Belanda yang dimakamkan di Ereveld Kembang Kuning. Termasuk komandan Angkatan Laut Belanda yang memimpin pertempuran yaitu Laksamana KWFM Doorman.
Sedangkan menurut Max Van Der Werff, seorang pemerhati sejarah, penulis buku dan blogger yang berwarga negara Belanda, di Ereveld ini tak hanya warga Belanda saja yang dimakamkan.
Tetapi ada juga warga Indonesia dengan berbagai agamanya yang bisa dilihat dari bentuk nisannya yang berbeda. Bahkan ada juga makam dengan tulisan nama Tionghoa dan nama-nama tak dikenal dalam bahasa Belanda.
Mereka adalah korban pada Periode Bersiap pada tahun 1945 dari berbagai daerah seperti Surabaya, Ngawi, Malang dan sebagainya.
Yang mengharukan, diantara mereka yang dimakamkan itu ada leluhur dari Max Van Der Werff dan ada banyak juga yang menjadi korban ketika masih berusia anak. Ada pula makam dengan nisan yang cukup besar ukurannya dan tertulis beberapa jenazah yang dimakamkan secara bersama.
www.jelajah-nesia.blogspot.com
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus