Tips Hamil

Senin, 31 Maret 2014

Tips Memanfaatkan Foto-foto Perjalanan Wisata

Menjadi pelaku dan penikmat perjalananan wisata tentu sangat menyenangkan. Selain bisa rehat sejenak dari penatnya aktifitas kerja, juga bisa menambah wawasan dalam banyak hal tentang lokasi dan informasi wisata di berbagai daerah.



Selain itu juga bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi mereka yang jeli memanfaatkan hal itu untuk menjadi uang. 


Caranya adalah dengan membuat tulisan atau artikel tentan perjalanan wisata itu baik dalam bentuk artikel di media cetak, blog , foto dan sebagainya.

  
Ada juga yang menuangkannya dalam bentuk liputan video untuk media televisi.
 

Sudah menjadi kebiasaan saat berwisata itu kita tak lupa untuk mengabadikan hal-hal yang menarik yang kita jumpai di tempat wisata. Baik dengan menggunakan gadget kamera handphone, kamera digital dan sebagainya.

 

Tetapi sayang, mungkin kita hanya menggunakan kesempatan dan peralatan itu hanya untuk bernarsis ria. Padahal foto-foto wisata  yang bagus  itu potensial  untuk diolah lebih lanjut dan bisa mendatangkan rezeki.
 

Salah satunya adalah dengan mengolah foto-foto  dan menguploadnya menjadi video di Youtube. Sama seperti iklan Google lainnya, untuk video-video pilihan dan disetujui di Youtube juga bisa menjadi pundi-pundi Dollars bagi yang menguploadnya.


Caranya juga mudah :

1.Buat email di Gmail dan login di youtube.com

2.Klik menu Upload dan pilih menu Buat Slide show / Slide foto


3.Upload file2 foto wisata Anda dan setting peralihan fotonya dalam waktu 10 detik. Usahakan untuk menguploadnya secara runtut dan kronologis agar video wisata Anda bisa bersambung dengan harmonis  seperti sebuah cerita.

4. Lengkapi dengan informasi dan teks pada slide show sesuai dengan selera.


 5. Lengkapi dengan musik / audio yang disediakan secara gratis oleh Youtube di Pustaka Audio. Jangan menggunakan audio lainnya yang berhak cipta karena Anda akan dimintai dokumentasi pembelian licensi atau hak cipta penggunaan konten audio itu saat pengajuan monetisasi video.


6. Setelah membuat sekitar 5 video slide show , baru ajukan permohonan ke Youtube untuk monetisasi video.

7. Jika video slide show Anda sudah disetujui permohonan monetisasi dan dipasangi iklan oleh Youtube, segera share video wisata Anda melalui akun jejaring sosial.



8.Usahakan untuk mengupload foto-foto wisata dengan kualitas gambar yang indah , baik dan tajam, ya.Karena dengan foto-foto yang bagus dan editing yang cukup baik dan tertata, saya rasa Youtube akan segera menghubungi Anda untuk memonetisasi video-video Anda. 

  

Pengalaman saya baru membuat 4 video slide show sudah dihubungi dan ditawari oleh Youtube untuk memonetisasi video wisata saya. Dan tak berapa lama pun iklan-iklan sudah tayang di video yang saya upload.


9. Anda tak perlu berkecil hati mengupload video di Youtube dalam bentuk slide show. Karena selain diperbolehkan dan difasilitasi oleh Youtube, menurut saya lebih baik dan mudah untuk upload slide show berupa foto-foto yang bagus dan tertata dengan baik daripada upload video tetapi kualitasnya gambar dan pengolahannya yang asal-asalan.



      Click : Tips dan Panduan Lengkap Cepat Hamil

Bagaimana, ternyata cukup mudah dan menarik, Kan ?





Karena itu, segera buat dan upload file-file foto perjalanan wisata Anda di Youtube dan jadikan sebagai penghasilan tambahan yang menyenangkan.





Mushola Unik Di Dalam Gua Akbar Tuban


Kota Seribu Gua adalah julukan bagi Kota Tuban - Jawa Timur. Julukan itu karena di daerah ini banyak terdapat gua yang tersebar di berbagai penjurunya. Salah satunya adalah Gua Akbar yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan.


Gua Akbar berlokasi di pusat kota, tepatnya di belakang dan di bawah Pasar Baru Tuban. Tak hanya itu saja keunikannya. 
 



Di gua ini ternyata juga terdapat sebuah mushola sebagai tempat beribadat umat muslim.



Mushola ini berlokasi di sisi kiri pada ujung lorong jalan keluar dari Gua Akbar. Bagi pengunjung yang terburu-buru dan tidak mencermatinya, mungkin bisa tidak mengetahuinya karena bentuknya yang tersamar seperi keadaan dalam gua Akbar lainnya.


Begitu juga tak ada tulisan yang terpampang lagi disana. Dulu pernah terdapat papan kayu yang bertuliskan nama mushola ini yaitu Baitul Akbar.


   Namun entah mulai kapan dan kenapa, tulisan itu saat ini sudah raib dari tempatnya.




Cukup menarik ketika memasuki lorong gua lokasi mushola ini. Di sekitarnya masih terdapat stalaktit dan stalkamit dalam berbagai bentuk dan ukuran.


 Pada batu-batu itu juga tampak basah karena tetesan air yang senantiasa mengalirinya.



Di antara bebatuan yang berwarna coklat dan putih itulah terdapat keran untuk berwudhu. 

 
Bentuk dan lokasi keran itu juga tersamarkan sehingga banyak pengunjung yang merasa bingung ketika mencari keran untuk berwudhu.



Karena beratapkan bebatuan gua yang masih asli, pada bagian atasnya dipasang pelindung untuk mencegah tetesan air dan di bagiah bawahnya dikeramik demi kenyamanan pengguna mushola. 


Di bagian depan dibangun ornamen yangberwarna hitam dan  berhias ukiran sebagai penanda kiblat.



Walau berukuran tidak terlalu luas, banyak wisatawan yang menyempatkan diri untuk bersembahyang di mushola itu.Mungkin kapasitasnya tak lebih dari 40 orang saja untuk sholat berjamaah.



Karena itu, bila Anda berkunjung ke Gua Akbar ini, jangan lupa sempatkan diri untuk menyimak mushola yang unik dan berbeda ini. Rasakan pula sensasi tersendiri beribadah di dalam perut bumi.






Minggu, 30 Maret 2014

Pameran Radio Kuno di House Of Sampoerna, Surabaya

Ada yang berbeda dan menarik dengan koleksi yang ditampilkan di House of Sampoerna - Surabaya sejak tgl 17 Maret 2014. 



Di antara benda-benda koleksi tetap museum ini, terpajang pula puluhan radio dalam berbagai bentuk dan ukuran. 



Tentu bukan radio biasa karena merupakan radio kuno yang terkenal pada masanya.






Pameran radio kuno yang bertajuk Layang Swara , Radio Dari Masa Ke Masa  itu akan berlangsung hingga 13 April mendatang. Even ini digelar dalam rangka memperingati Hari Siaran Nasional pada tanggal 1 April. 



Diadakan bekerja sama dengan Bentara Budaya Yogyakarta ( BBY ) dengan tujuan untuk mengajak masyarakat  mengenal radio-radio lama yang pernah eksis pada masa lampau.




Cukup menarik menyimak koleksi  yang berjumlah 56 radio dengan berbagai merk milik para kolektor dari kelompok ‘Padmaditya’ ( Pelestari Audio Radio Yogyakarta) , Koleksinya merupakan radio yang diproduksi antara tahun 1946 – 1970.  


Diantaranya adalah radio bermerk Philips Aida produk tahun 1946 paska Perang Dunia II. Radio buatan Eindhoven, Belanda ini dilengkapi dengan skala gelombang radio yang dilengkapi  dengan tulisan nama-nama kota dalam ejaan lama seperti Batavia, Soerabaia, dan Bandoeng. 



Ada juga radio Philips bertipe Kompas yang juga diproduksi paska Perang Dunia II. Radio ini memiliki keunikan karena pada jarum gelombangnya mirip dengan jarum kompas.  



Begitu pula dengan Bence, radio yang dipasarkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an dan diproduksi di daerah Jl. Dinoyo, Surabaya. 


Di etalase lainnya terpajang radio kuno yang berbentuk megaphone  dengan bentuknya yang besar seperti kelopak bunga kangkung.



Megaphone kuno itu  pernah dipakai sebagai properti  dalam film tentang Soegija Pranata. Belanda, 



Menurut  Hermanu , Kepala BBY sekaligus koordinator pameran Layang Swara,  sejumlah perangkat audio kuno seperti radio-radio ini punya kelebihan yang bisa jadi tidak dimiliki oleh perangkat audio di zaman ini. Termasuk keunikan desain serta kualitas suara yang jauh berbeda.



Yang menarik, diantara radio-radio produksi Belanda, Jerman, Jepang,Ceko dan Indonesia  itu ada radio yang diproduksi pada tahun 1925 yang masih bisa berfungsi dan mengeluarkan  bunyi yang masih nisbi-bagus dan masih mampu menangkap gelombang AM dan FM.


Aneka radio yang dipamerkan di House Of Sampoerna  itu merupakan  milik tujuh anggota komunitas. 



Kondisi puluhan radio dan megaphone kuno itu nisbi bagus atau berkisar 80 persen karena cukup terawat. 



Bahkan pada salah satu radio pada bagian belakangnya dalam keadaan terbuka sehingga kita bisa menyimak bentuk mesin dan komponennya.



Tak kalah menariknya adalah pajangan salinan sebuah artikel berjudul Koesbini, Djempolan Radio. Artikel dalam ejaan lama itu diterbitkan oleh sebuah penerbitan di Yogyakarta pada masa lampau.



Menyimak koleksi dalam pameran radio Layang Swara  ini seakan membawa kita bernostalgia pada kenangan masa lampau.











Upacara Melasti Di Pura Jagad Karana , Surabaya

Suasana sangat ramai dan semarak di Pura Jagad Karana di daerah Krembangan, Kota Surabaya - Jawa Timur pada hari Sabtu tgl 22 Maret 2014.



Ribuan umat Hindu dari berbagai daerah di Kota Surabaya dan sekitarnya datang dan berkumpul di sana untuk melaksanakan upacara Melasti.





Upacara ini untuk menyucikan diri ( buana alit ) dan alam semesta ( buana agung ) untuk menyambut Hari Nyepi 1936 Tahun Saka.



Berbagai sarana dan perlengkapan persembahyangan menjadikan suasana kawasan pura ini tampak semarak sekali. 


Suara musik dari gamelan Bale Ganjer berkumandang tiada hentinya. 
  

Harum bau dupa senantiasa menguar.Ada nuansa Bali seakan hadir di Kota Surabaya, terlebih banyak umat Hindu itu datang dengan mengenakan pakaian tradisional khas Bali.



Upacara Melasti ini diawali sekitar pukul 9 pagi dengan sembahyang bersama di dalam Pura Jagad Karana. 
 

Aneka ragam sesajian dan Pertima ditempatkan di sana untuk diberi doa. Begitu pula dengan beragam benda-benda pusaka milik pura.


Setelah itu, upacara Melasti kemudian dilanjutkan menuju ke Pantai Arafuru di kompleks Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut ( Kobangdikal ) di daerah Bumimoro ,  Surabaya. 
 

Dari Pura Jagad Karana, umat Hindu berjalan kaki secara bersama sejauh sekitar 5 km. 

 

 “ Umat memang berkumpul dan bersembahyang terlebih dulu di Pura Agung Jagad Karana, untuk kemudian melakukan perarakan menuju lapangan Aru Akademi Angkatan Laut (AAL), mengikuti Melasti,” kata Wayan Suraba, pengurus Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Surabaya.


Arak-arakan upacara Melasti ini tentu menarik perhatian banyak warga sekitar. Begitu pula para jurnalis dan fotografer. 


Berbagai bentuk dan warna payung, bendera, umbul-umbul, kain, pertima, sesajian dan sebagainya yang dibawa oleh umat seakan menghiasi jalanan yang dilewati kala itu.
 
  
Pada bagian depan arak-arakan terdapat para penari yang terdiri dari beberapa gadis dan dua pemuda yang mengenakan kostum penari Bali.  



Sekitar 1 jam lebih perjalanan di tengah teriknya sinar matahari, akhirnya rombongan sampai di lokasi inti upacara Melasti yang berada di tepi pantai. 



Di sana juga terdapat aneka sesaji yang ditempatkan di bagian tengah lapangan. 

 

Tampak seorang Jero Mangku ( pemuka agama Hindu ), berada di tengah podium upacara berdoa dengan khidmatnya.



Yang menarik adalah untuk rombongan yang membawa perlengkapan seperti umbul-umbul, bendera, aneka senjata pusaka dan sebagainya.



Setelah memasuki lapangan melanjutkan dengan mencelupkan benda-benda yang mereka bawa itu ke air pantai sebanyak tiga kali.




Sedangkan rombongan yang membawa pertima kemudian menempatkan pertima itu secara berderet di tempat yang telah disediakan untuk dibacakan doa secara bersama. 
 

Beberapa pemuka agama juga melakukan upacara pelepasan satwa ayam dan bebek ke pantai. 
 

Di tengah rindangnya pepohonan, umat Hindu kemudian berdoa secara bersama hingga tengah hari. 
 

Setelah itu, umat pun kembali lagi menuju ke Pura Jagad Karana untuk melanjutkan upacara. 
 

Arak-arakan kembalinya umat Hindu ke pura yang berlokasi di Jalan Lumba-lumba ini disambut dengan tarian pendet yang dibawakan oleh beberapa wanita.


Setelah semua pertima sampai dan  berkumpul di Pura , upacara kemudian dilanjutkan kembali dengan membacakan doa bersama.