Tips Hamil

Kamis, 31 Oktober 2013

Dua Patung Raksasa Yang Menyeramkan Di Singosari

Dua patung atau arca itu tampak menyeramkan. Menggambarkan sosok raksasa dengan mata yang melotot dan gigi yang bertaring tajam. Dengan membawa gada pada tangan kanannya semakin menambah nuansa yang menyeramkan.

Dua arca itu adalah arca Dwarapala yang berada di di daerah Singosari - Malang, Jawa Timur.Lokasinya berjarak sekitar 100 meter di arah barat Candi Singosari . 





Arca Dwarapala yang berpagar besi itu berada tepat di tepi jalan raya yang  masing-masing dipisahkan oleh jalan raya itu.


Arca dwarapala yang dibuat dari batu monolitik dengan ketinggian 3,70 m. Keberadaan dua arca dwarapala itu menunjukkan bahwa lokasi itu pada masa lalu merupakan pintu gerbang dari kerajaan Singosari, sebab fungsi arca Dwarapala di masa lalu memang sebagai simbol dari penjaga pintu atau pintu gerbang.


Nama Dwarapala sendiri berasal  dari bahasa Sansekerta yang berarti penjaga pintu atau pengawal pintu gerbang. Sekalipun keberadaan dua arca dwarapala menunjuk pada kemungkinan pintu gerbang kerajaan di masa lalu, tetapi hingga saat ini belum dilakukan rekonstruksi untuk mengetahui dimanakah letak istana Singosari secara tepat apakah disebelah barat atau timur Dwarapala karena situs bangunan istana Singosari sampai sekarang juga belum diketahui letaknya.


Secara sepintas kedua arca tersebut nampak sama sehingga boleh dikatakan sebagai raksasa kembar. Hanya sikap tangan dari keduanya yang berbeda. Arca Dwarapala yang berada diseltan, tangan kiri berada diatas lutut kiri. Sedangkan tangan kanan memegang gada yang ditelungkupkan ke bawah. Arca Dwarapala yang berada di utara, tangan kiri memegang gada yang ditelungkupkan, sedangkan tangan kanan bersifat "memperingatkan" dengan jari-jari tengah dan telunjuk diacungkan keatas, sedangkan tiga jari lainnya dirapatkan di telapak tangan.


Ornamen yang dikenakan pada kedua arca tersebut bernuansa seram dan kekerasan. Kepalanya memakai hiasan semacam ikat kepala yang dihias dengan hiasan Kapalaatau tengkorak-tengkora. Kedua telinga memakai anting-anting berbentuk tengkorak yang dikombinasi dengan untaian manik-manik. Anting-anting ini bernama Kapala Kundala. Hiasan kelat bahu disebut Sarpa Keyura yaitu kelat bahu yang berupa seekor ular. 
Hiasan gelang disebut Bhujangga Valaya yang merupakan gelang dari ular juga. Hiasan tali yang melingkar dibahu dan menjuntai ke perut disebut Yajnopavita yaitu tali kasta yang berupa seekor ular besar . Diatas perutnya memakai hiasan ikat pinggang yang disebut Udarabandha

Pada lehernya memakai kalung dari untaian tengkorak pula yang disebut Kapala Hara. Pada kedua kakinya juga memakai gelang binggel dari ular. Gelang demikian disebut Bhujangga Nupura

Kedua arca raksasa ini membawa gada yang pangkalnya berbentuk WajraWajra adalah lambang petir yang mempunyai kekuatan dahsyat. Bentuk gada dari masing-masing raksasa itu jika diperhatikan secara seksama ada sedikit perbedaan. Bagian bawah  arca raksasa memakai kain sarung yang dibagian alat vitalnya dihias dengan motif tengkorak. 


Banyaknya hiasan dengan  motif tengkorak pada arca Dwarapala tersebut menunjukkan suatu ciri dari langgam atau gaya kesenian jaman kerajaan Singasari yang berdasarkan ajaran Siva Budha aliran Tantra.

Letak kedua arca tersebut berada disisi kiri dan kanan jalan utama desa Candirenggo yang membujur dari timur ke barat.Arca raksasa yang sebelah kiri (selatan) berada diatas pedestal buatan yang dibuat sekitar tahun 1982 sewaktu arca tersebut diangkat dari kondisinya yang tenggelam sebatas perut menghadap utara. 



Yang menarik, ada kisah  unik  berkaitan dengan proses pengangkatan arca Dwarapala tersebut. Yaitu tentang dua buah traktor yang diperkirakan mampu mengangkatnya ternyata "kewalahan" ditandai dengan melengkungnya tuas besi pengangkatnya.

Konon, dengan  "wangsit" ( petunjuk ) yang diterima oleh salah seorang pekerja,  arca tersebut baru bisa diangkat bila kedua matanya ditutup dengan kain hitam dan menggunakan tiga batang pohon kelapa sebagai tiang penyangganya. Setelah dilakukan upacara ritual dan sesuai dengan petunjuk wangsit tersebut, barulah arca tersebut bisa diangkat dan dipindahkan.

Keberadaan Arca Dwarapala itu semakin menambah pesona keindahan Candi Singosari yang konon ternyata belum selesai pengerjaannya .

Rabu, 30 Oktober 2013

Kerinduanku Kembali Ke Air Terjun Madakaripura

Madakaripura adalah nama air terjun yang sangat indah ini i. Berada disana seolah membawa  kita pada sisi dunia yang lain karena begitu banyak keindahan di sekitarnya. Saya sendiri sebenarnya sudah pernah berkunjung ke air terjun ini pada dua tahun yang lalu. 

Tetapi karena terkenang dengan pesona keindahannya, saya bersama dua orang teman saya belum lama ini berkunjung kembali kesana.Laksana lukisan yang abadi, keindahan air tejun Madakaripura tak pernah lekang oleh waktu.

Air terjun Madakaripura yang berada di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang. – Probolinggo, sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota. Tepatnya berada pada posisi koordinat  S 7.844590     –  E 113.017459.

Apabila tidak menggunakan kendaraan pribadi, sebenarnya dari terminal bis Bayuangga – Probolinggo ada Angkutan bis mini  jurusan lumbang dengan ongkos Rp 5000. Ada juga  angkutan Kota yang Mangkal di pertigaan Tongas menuju ke Lumbang .

Kedua jenis moda transportasi itu hanya melintas di Pasar Lumbang. Dari Pasar Lumbang ini perjalanan kemudian dilanjutkan dengan Ojek yang banyak dijumpai di sekitar Pasar Lumbang. Ongkosnya biasanya Rp 10.000 dengan catatan sang pengojek memberi tarif yang umum dan standar.

Jarak dari Pasar Lumbang menuju Air terjun Madakaripura  adalah 5 km seperti tercantum pada Papan Penunjuk Arah di Pasar Lumbang. Namun jangan terkecoh karena dalam realitas jaraknya berkisar 8-10km.

Karena letaknya di daerah Perbukitan, berhati-hatilah dalam Perjalanan karena di kanan-kiri banyak terdapat lembah dan jurang yang cukup dalam. Semakin masuk ke dalam dan mendekati lokasi, lebar Jalan pun  semakin sempit.

Sangat rawan bagi kendaraan berroda empat untuk menuju kesana. Apalagi bila harus berjalan bersimpangan dari arah yang berlawanan, tentu membutuhkan ketrampilan  mengemudi tersendiri.
  

Selama perjalanan itu, pemandangan Khas perbukitan dengan hijaunya Pepohonan seolah terus menyapa kita. Ada juga banyak kotak terbuat dari kayu dan berisi lebah. Maklum daerah ini merupakan sentra penghasil madu ’ Klanceng ’ yaitu sebutan  untuk madu yang berasal dari bunga Pohon randu ( Ceba petandra ). Pohon randu itu sendiri banyak dijumpai selama dalam perjalanan. 
Madu ini memiliki Warna kuning, coklat muda, coklat tua dan hitam. Harga perbotolnya berkisar Rp 100.000 untuk ukuran standar botol  sirup.


Sekitar 2 km sebelum memasuki lokasi ada pos tiket masuk dengan harga tiket Rp 3.000 per orang. Di  Gerbang masuk lokasi air terjun dengan ada Patung  sosok Patih Gajah Mada sedang menghunus Keris. Sedangkan di bagian tengah kawasan  terdapat patung Patih Gajah Mada dalam posisi sedang bersemedi.

Di kawasan wisata ini memang ada aliran Sungai dengan banyak Batu Besar berserakan di aliran sungai itu.Sebenarnya dengan mengikuti aliran sungai sejauh 1 km itu secara Alami akan memandu pengunjung menuju ke lokasi air terjun Madakaripura. Karena aliran sungai itu berpusat pada air terjun tersebut.

Pada  musim penghujan, pengunjung dilarang turun dan mendekat ke air terjun. Daerah sini rawan banjir dan longsor dan harus puas menikmati pemandangan di sekitar lokasi air terjun  saja tanpa bisa melihat air terjun Madakaripura. Air terjun itu sendiri berada cukup jauh dan tersembunyi di balik bukit dan batu-batu Tebing yang cukup tinggi.

Untuk air terjun yang aliran airnya cukup deras, pengunjung akan melewati di dekat dan bahkan tepat dibawah air terjun. Tempias airnya yang cukup deras menjadikan suasana di sekitarnya seolah senantiasa sedang  hujan deras yang tiada henti. 

Melewati air terjun yang cukup deras ini jika pengunjung tidak membawa mantel maka nikmatilah sensasi berbasah ria. Jangan lupa , amankan dulu barang-barang berharga seperti handphone dan kamera digital dengan membungkusnya dengan kantung plastik untuk melindunginya dari rembesan air.

Sekitar 30 menit perjalanan yang cukup melelahkan, mendebarkan dan membahayakan itu,  akhirnya kami melewati sebuah ’ Pintu Gerbang ’ dengan dua tebing sebagai pengapitnya.

  Di balik  gerbang alami itulah sosok air terjun utama Madakaripura menebarkan pesona keindahannya.  Berada di bawah air terjun yang berada di ketinggian 620 m di atas permukaan laut ini pengunjung seolah merasa berada di dasar sumur raksasa.

Aliran air terjun di tebing yang cukup deras di beberapa bagiannya itu membentuk sungai di bawahnya.Sungai dengan airnya yang berwarna Hijau tosca itu kedalamannya mencapai 7 meter. Sangat berbahaya bagi pengunjung yang ingin berenang di sungai itu tanpa memiliki  keahlian berenang yang mumpuni.
Mengamati suasana sekitar air terjun Madakaripura terasa sekali nuansa hening dan nuansa magisnya. Temaramnya lokasi dengan sedikitnya sinar matahari yang masuk dan banyaknya tebing batu yang seolah berdiri dengan angkuhnya seolah membawa pengunjung berada di bagian ’ Dunia yang hilang ’.

Belum lagi dengan adanya gua di balik air terjun , tepatnya di ¼ bagian atas air terjun sepertinya menambah kesan magis itu. Di gua itulah dipercaya sebagai tempat Patih Gajah Mada  bersemedi dan  ’muksa ’ pada Masa Lampau.

Air terjun Madakaripura dengan tinggi sekitar 200 m  sampai saat ini masih Dikeramatkan dan dianggap suci oleh umat Hindu sebagai ’ Tirta Sewana ’ ( air suci ). Setiap tahunnya, warga Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo menggunakan air dari air terjun Madakaripura sebagai air suci  dalam prosesi ’ Mendhak Tirta ’  pada dua hari sebelum rangkaian upacara Yadnya Kasada.



Dalam prosesi ’Mendhak Tirta’ itu  dilakukan persembahyangan lengkap dengan atribut sesajinya berupa janur, daging Ayam, buah, kembang dan dupa.
Madakaripura sendiri berarti tempat tinggal terakhir. Namun bagi pengunjung terutama fotografer, air terjun Madakaripura seolah memberi keindahan yang tanpa pernah berakhir. Setiap sudut dan bagiannya memiliki  pesona keindahan tersendiri. 




Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com




Selasa, 29 Oktober 2013

Indahnya Gereja Batu di Kediri

Ada banyak bangunan gereja di Nusantara. Tetapi Gereja yang satu ini cukup unik dan berbeda karena bentuknya yang khas dan tradisional. 

Karena berupa bangunan kuno, arsitektur bangunan gereja tersebut  merupakan perpaduan  anatara budaya kolonial Belanda  dan budaya Jawa. 





Yang menarik, gereja itu dibangun dengan bahan bangunan yang didominasi oleh batu-batu sungai yang disusun dan ditata sedemikian rupa.




Gereja itu bernama Gereja Katolik Santa Maria Puhsarang yang meru pakan Gereja Katolik Roma. Lokasinya  di desa Pohsarang, kecamatan Semen, Kediri dan berada di kaki Gunung Wilis -  Jawa Timur.




Gereja Katolik di Pohsarang didirikan atas inisiatif pribadi dari Romo Jan Wolters CM dengan bantuan arsitek terkenal Henri Maclaine Pont pada tahun 1936.




Keindahan arsitektur Gereja Pohsarang melekat pada dua nama yaitu Ir.  Maclaine Pont dan pastornya Romo Jan Wolters CM. Ir. Henricus Maclaine Pont sebagai arsiteknya sangat pandai dalam membentuk keindahan bangunan Gereja dengan memadukan  kebudayaan Jawa.




 Sedangkan  Romo Wolters sebagai inisiator memberi roh pengertian mendalam tentang makna sebuah bangunan Gereja dengan banyak simbolisme untuk katekese iman Katolik




Kompleks Gereja Puhsarang ini berada pada lahan yang sangat luas. Menurut petugas di pos informasi yang bernama Pak Hartoko, lahan kompleks gereja ini sekitar 10 hektar.  Wow...



Di dalam kompleks gereja Puhsarang terdapat tempat-tempat  yang memiliki nama tertentu. Seperti Jalan Salib Bukit Golgota, makam Uskup dan Pastor, Pondok Rosario, Gua Maria Lourdes, Pendopo Elmaus, Plaza Maria, dan Taman Hidangan Kana.Di gereja ini banyak dikunjung oleh umat katolik yang mengadakan kegiatan kebaktian.


Tiap sebulan sekali pada minggu kedua juga diadakan doa novena. Bahkan  sering juga ada  umat Katolik  yang melakukan pemberkatan pernikahan di gereja ini, seperti yang saya jumpai saat berkunjung ke gereja ini.
Pemberkatan pernikahan itu dilakukan di bangunan gereja  dengan formasi susunan bebatuannya yang unik.Di sekitar gereja itu terdapat formasi batuan yang membntuk gerbang masuk,menara lonceng, gua maria dan sebagainya. 
Sebuah pohon beringin yang rindang tumbuh  di depan gereja.Selain itu juga terdapat makam-makam  umat Katolik dengan altar yang berornamen salib di bagian atasnya. Di belakang makam ini terdapat Gua Maria dan gedung serba guna yang bentuk bangunannya juga unik, khas dan tradisional.

Sekitar 100 meter dari gereja terdapat gua Maria Lourdes yang pada salah satu guanya terdapat patung Maria Lourdes setinggi sekitar 4 meter.
 
Sepanjang perjalanan menuju ke Gua Maria Lourdes banyak terdapat kios-kios yang menjual beraneka jenis souvenir dan perlengkapan ibadah yang bernuansa Kristen dan Katolik seperti salib, rosario, patung Yesus dan Maria, dan sebagainya.
Tak jauh dari Gua Maria Lourdes terdapat tempat yang bernama Jalan Salib Bukit Golgota.Teapi untuk menyimak kisah jalan Salib yang ditampilkan dalam bentuk fragmen 15 stasi itu terasa cukup melelahkan juga karena arealnya yang sangat luas dan panjang dengan kontur medan yang naik turun. Untunglah suasana disana sangat segar dan sejuk dengan pepohonannya yang rindang dan asri.
 
Gereja Puhsarang ini banyak didatangi oleh pengunjung seriap harinya.Tak hanya umat Katolik saja yang datang ke gereja ini. Tetapi juga umat lainnya yang ingin melihat dan menyimak keindahan Gereja Puhsarang ini dengan berbagai kisahnya.

Dijual Tablet Smartfren New Andromax Tab 7.0 

Hadiah Lomba dari Vivanews. 

Kondisi 100% Baru, Lengkap dan Tersegel.

Harga Penawaran Rp 1,5 juta

Barang Langka - Stock Galeri Smartfren Sudah Kosong Lama

Harga Tablet Smartfren New Andromax Tab 8.0 Rp 2,3 juta

Kontak Agung - 0823 3388 7121

=====================================================================





==============================

 ====================



Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 

di Link berikut ini :