Tips Hamil

Senin, 17 Februari 2014

Kearifan Budaya Yang Eksotis Di Gunung Kelud

Gunung Kelud seperti halnya gunung-gunung aktif lainnya laksana dua sisi mata uang. Di satu sisi, gunung itu memberikan banyak manfaat dengan kesuburan tanahnya dan sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam. Tetapi di sisi lainnya, gunung juga memberi bencana yang sangat dahsyat yang bisa meluluhlantakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

Menyadari kekuatannya yang maha dahsyat itu, tak heran jika  warga setempat menghormati  keberadaan Gunung Kidul sebagai bagian dari kuasa Tuhan Yang Esa. Hal itu tercermin dari adanya kearifan lokal yang dilakukan dalam berbagai kegiatan yang berbalut budaya.


Seperti yang terlihat  di Gunung Kelud pada beberapa waktu yang lalu sebelum Gunung Kelud ini erupsi pada tahun 2014. Suasana di sana  tampak sangat ramai sekali. Ribuan warga datang ke salah satu gunung yang masih aktif dengan ketinggian 1.730 mdpl di Perkebunan Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri - Jawa Timur.

Mereka berduyun-duyun datang kesana  untuk mengikuti atau menyaksikan acara tradisi tahunan yaitu Ritual Larung Sesaji yang diadakan di kawasan gunung Kelud.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Artikel menarik tentang Ritual Larung Sesaji Di Wisata Gunung Kelud itu bisa Anda baca dengan Langsung Klik Link berikut ini : 


============================================================================================================

Acara ini dilakukan oleh pada intinya sebagai ungkapan rasa syukur warga yang ada di sekitar Gunung Kelud, baik yang beragama Islam, Kejawen ( aliran kepercayaan ) , umut Hindu dan sebagainya.Berbagai sesajian untuk persembahan itu disiapkan oleh mereka yang melakukan ritual. 


Untuk warga yang mengadakan ritual Larung Sesaji itu  dilakukan oleh warga  di sebuah  tempat yang datar tak jauh dari lorong panjang yang biasa dikenal dengan nama Terowongan Kelud.


Mereka yang melakukan ritual ini berkumpul dalam satu tikar dalam posisi duduk bersila, bersimpuh dan berdiri. Mereka mengelilingi sesajian berupa beraneka jenis makanan dan lauk-pauk yang ditempatkan di bagian tengah.

Seorang  kakek sebagai sesepuh dengan mengenakan busana tradisional Jawa berupa surjan dan blangkon dengan kalungan untaian bunga melati  tampak khusyuk membacakan doa dalam bahasa Jawa.Begitu juga dengan kakek lainnya yang tampak khidmat membacakan mantra pada suatu benda dalam tangannya.

Bau harum kemenyan yang senantiasa menguar tiada hentinya sangat terasa dalam acara itu. Setelah aneka sesajian itu dibacakan doa dan mantra, sesajian itupun kemudian menjadi rebutan oleh warga yang telah berkumpul.

Ada yang memakannya di lokasi dan ada juga yang membawanya pulang ke rumah karena benda-benda hasil rebutan itu dipercaya bisa memberi berkah tersendiri bagi mereka.

Di sekitar tempat ritual larung sesaji ini juga ada beberapa remaja pria dan wanita yang berpakaian tradisional yang sepertinya mereka menjadi bagian awal yang mengiringi dalam ritual tersebut. 


Di kawasan lainnya di Gunung Kelud ini tepatnya di sisi bawah dekat anak Gunung Kelud, juga ada banyak umat Hindu yang  mengadakan ritual dan upacara persembahyangan dengan menghadap ke arah anak Gunung Kelud itu. 


Ritual Umat Hindu yang sarat dengan nuansa Bali itu sangat terasa dari aneka sesajian yang dipersembahkan oleh mereka. Begitu juga dengan busana dan perlengkapan ibadah lainnya yang mereka kenakan.

Diantara ritual itu tampak seorang pria yang memercikkan air suci pada wajah, kepala dan tubuh umat Hindu lainnya.



Setelah melakukan persembahyangan di altar utama itu dan membacakan doa pada sesajiannya,  umat Hindu itu banyak yang  kemudian turun dan mendekati ke bebatuan besar di bagian bawah anak Gunung Kelud dan meletakkan sesajian juga di sana.

Dipisahnya kedua lokasi acara ritual oleh dua kelompok umat yang berbeda itu memang disengaja agar masing-masing kelompok bisa beribadah dengan khidmat dan khusyuk. Sebuah kearifan budaya yang semakin menambah eksotika Gunung Kelud ini. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar