Gua alami itu cukup unik. Pada beberapa bagian dinding gua tampak berwarna hitam karena ada jutaan ekor kelelawar yang menempel dan bergantungan .
Suara yang bergemiricit pun terdengar riuh rendah disana. Bau yang cukup menyengat dari Guano ( kotoran kelelawar ) disekitarnya tak menyurutkan niat pengunjung untuk berkunjung ke gua itu.
Begitulah gambaran dari Gua Ngerong yang berada di kawasan perbukitan kapur di Tuban - Jawa Timur. Tak hanya itu saja, dari dalam gua itu juga mengalir sungai yang mengalir tiada henti walau pada musim kemarau. Sungai itu juga unik karena dihuni oleh jutaan ekor ikan dalam beraneka jenis.
Suara yang bergemiricit pun terdengar riuh rendah disana. Bau yang cukup menyengat dari Guano ( kotoran kelelawar ) disekitarnya tak menyurutkan niat pengunjung untuk berkunjung ke gua itu.
Sungai dengan banyak hilir mudik ikan di aliran airnya tentu menggoda
minat untuk mengambilnya dengan cara memancing, menjala,atau bahkan
dengan memberi potas.
Namun hal itu tidak berlaku di Gua Ngerong.Karena walau di sungainya banyak terdapat ribuan ekor ikan berbagai jenis dan ukuran, tak ada seorang pun yang berani mengusik keberadaan ikan-ikan itu karena dikeramatkan oleh warga setempat.
Konon, bila
ada yang berani melanggar pantangan itu, sangat diyakini orang itu akan
segera mendapat musibah.
Hanya ikan-ikan yang melewati daerah batas jembatan yang diijinkan untuk
diambil oleh warga dan dikonsumsi. Mitos ini seolah menjadi pagar betis
alami yang melindungi kelestarian ikan-ikan itu.
Ikan Itulah yang menjadi daya tarik wisata Gua Ngerong yang ada di Desa Rengel Kecamatan
Rengel, Kabupaten Tuban – Jawa Timur, sekitar 28 km arah tenggara dari
pusat kota rengel . Sangat mudah untuk menuju ke lokasi Gua Ngerong
sangat mudah karena berada di dekat jalan raya utama yang dilalui banyak
angkutan umum.
Tiket masuk Gua Ngerong Rp 3000 per orang belum termasuk karcis parkir
untuk kendaraan.
Di Gua Ngerong ini terdapat sungai yang mengalir tenang dan berkedalaman
1,5 meter. Sungai itu dinaungi pepohonan besar dan rindang dari
berbagai jenis dengan berbapa bagian akarnya saling menempel, berjuntai
dan menggantung di tebing batu .
Aliran sungai berasal dari mata air yang terdapat di dalam Gua
Ngerong.
Gua Ngerong yang lubangnya berdiameter 5 meter itu sendiri sudah tampak
bentuk luarnya ketika dipandang dari gerbang masuk yang berjarak
sekitar 80 meter.
Banyak warga yang beraktifitas di sungai itu seperti berenang, mencuci
atau sekedar bercengkerama dan bercengkerama satu sama lainnya di tepi
sungai
Di sungai itulah ikan-ikan yang hidup di aliran sungai Gua Ngerong itu
hidup dan berkembang biak dengan lestari. Beberapa diantaranya adalah
jenis ikan Nila, mujair, gurami, dan lele . Rata-rata ukurannya sebesar
tapak tangan orang dewasa. Bahkan untuk jenis ikan lele yang berwarna
coklat dan putih itu ada yang berukuran cukup besar.Panjangnya ada yang
seukuran lengan tangan orang dewasa.
Yang menarik, pengunjung Gua Ngerong bisa memberi makan ikan-ikan itu
dengan pakan yang banyak dijual di sekitar lokasi. Pakan itu cukup unik
sederhana dan unik karena berupa ‘ klenteng ‘ ( biji Randu ) , roti dan
jagung brondong yang dijual dengan harga Rp 500 – Rp 2000 per bungkus.
Pengunjung tinggal menyebarkan klenteng, roti atau jagung brondong itu
ke sungai. Dalam hitungan detik saja akan segera tampak ribuan ekor ikan
segera mendekati dan saling merebut pakan. Dalam hitungan detik, pakan
itu pun sudah berpindah ke perut ikan.
Entah apa sebabnya dan bagaimana mulanya ikan-ikan di Gua Ngerong itu
sangat suka dan rakus diberi pakan berupa klenteng. Konon , dulu di
sekitar Gua Ngerong banyak terdapat pohon randu. Ketika buah randu telah
kering dan menebarkan biji-bijinya ke sungai, menjadikan ikan-ikan itu
terbiasa memakannya.
Khusus untuk ikan lele itu lebih suka dan berebut pakan jika pakan yang
diberikan adalah jagung brondong atau roti. Laksana bisa bersikap
toleransi, ikan Lele itu tidak tampak mendekat dan berebut pakan jika
pakan yang diberikan itu berupa kelenteng.
Tak hanya ikan, di Gua Ngerong juga dihuni beberapa ekor bulus ( semacam
penyu ) berwarna putih jenis Chitra chitra .Bulus-bulus itu mempunyai
nama unik seperti Sanggem, Poleng dan Menik yang tinggal dan
bersembunyi di dalam gua.
Uniknya, satwa berkarapas (bertempurung keras) itu bisa mendekati
pengunjung jika dipanggil namanya dan diberi pakan berupa roti.
Namun untuk memanggil bulus-bulus itu butuh kesabaran tersendiri. Tak
jarang ketika bulus-bulus itu sudah berenang dan mendekati pengunjung
yang memberi pakan roti, entah kenapa bulus-bulus itu seakan balik
kucing dengan berrenang dan bersembunyi lagi ke dalam Gua Ngerong.
Tak hanya itu saja keunikan dan daya tarik Gua Ngerong. Memandangnya
dari kejauhan, tampak dinding Gua Ngerong berwarna hitam di beberapa
bagiannya. Ternyata warna hitam itu adalah warna ribuan ekor kelelawar
jenis Rousettus sp dan Rhinolopus sp. yang hidup berkoloni dan
bergelantungan di dinding gua.
Riuh suara gemericit ribuan kelelawar di dinding gua berpadu dengan
suara kecipak air ribuan ekor ikan di sungai yang ada di bagian
bawahnya laksana paduan suara orkestra alami.
Karena dihuni oleh banyak kelelawar yang membuang kotoran di berbagai tempat, membuat lokasi wisata ini berbau kotoran kelelawar yang khas dan menyengat. Bahkan cukup sering terjadi kotoran dari kelelawar yang hilir mudik berterbangan itu jatuh menimpa pengunjung yang ada di bawahnya.
Karena dihuni oleh banyak kelelawar yang membuang kotoran di berbagai tempat, membuat lokasi wisata ini berbau kotoran kelelawar yang khas dan menyengat. Bahkan cukup sering terjadi kotoran dari kelelawar yang hilir mudik berterbangan itu jatuh menimpa pengunjung yang ada di bawahnya.
Gua Ngerong dengan segala keunikan dan misterinya ini menarik banyak
perhatian dari berbagai pihak untuk melakukan penelitian dengan masuk ke
dalam gua.Diantaranya adalah Klub penelusuran gua Garbhabhumi dari
Jakarta yang dibentuk oleh Norman Edwin (almarhum). Pada tahun 1980an
mereka melakukan penelitian dengan masuk ke dalam gua dengan
menyusuri lorong-lorong gua melalui sungai Gua Ngerong dan melawan arus
sungai.
Pada tahun 2002 , Cahyo Rahmadi, peneliti bidang Zoologi dari Puslit
Biologi – LIPI juga pernah mengadakan penelitian di Gua Ngerong yang
memfokuskan penelitian pada satwa Arthtropoda yang hidup di Gua
Ngerong.
Beberapa tahun lalu Gua Ngerong ini juga pernah menjadi bahan liputan
utama dua acara telivisi swasta yaitu Expedition - Metro TV dan Jejak
Petualang - Trans 7.
Sayangnya , justru dari pihak pemerintah daerah setempat yang tidak terdengar kiprahnya untuk melakukan penelitian secara khusus pada Gua Ngerong dan mempublikasikan hasil penelitiannya.
Penelitian itu penting untuk dilakukan karena banyak pengunjung yang ingin tahu apa dan bagaimana kondisi yang ada di dalam gua Ngerong beserta segala misterinya.
Sayangnya , justru dari pihak pemerintah daerah setempat yang tidak terdengar kiprahnya untuk melakukan penelitian secara khusus pada Gua Ngerong dan mempublikasikan hasil penelitiannya.
Penelitian itu penting untuk dilakukan karena banyak pengunjung yang ingin tahu apa dan bagaimana kondisi yang ada di dalam gua Ngerong beserta segala misterinya.
=================================================================
Dijual Tablet Smartfren New Andromax Tab 7.0
Hadiah Lomba dari Vivanews.
Kondisi 100% Baru, Lengkap dan Tersegel.
Harga Penawaran Rp 1,5 juta
Barang Langka - Stock Galeri Smartfren Sudah Kosong Lama
Harga Tablet Smartfren New Andromax Tab 8.0 Rp 2,3 juta
Kontak Agung - 0823 3388 7121
=====================================================================
==============================
====================
di Link berikut ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar