Tetapi ketika mendekati, menyapa dan berbincang dengan mereka, ternyata ada sebuah keanehan tersendiri.Warga desa itu pada umumnya mengalami masalah serius pada giginya. Gigi yang menguning,kecoklatan , menghitam dan bahkan keropos tampak pada deretan giginya. Tak hanya kaum berusia dewasa saja yang mengalaminya, tetapi anak-anak juga mengalami hal yang sama.
Pantas saja , hal itu menyebabkan banyak diantara mereka ada yang merasa minder karena malu untuk tersenyum dan melihatkan gigi-giginya. Ironisnya, hal itu sudah terjadi selama bertahun-tahun tanpa bisa teratasi oleh warga karena mengkonsumsi air yang tercemar di daerahnya.
Di Desa Bantal itu ada banyak sungai yang aliran airnya berasal dari sungai Banyu Putih. Sungai yang mengalir deras itu bagaikan racun yang secara perlahan tapi pasti menggorogoti hidup warga desa yang ada di sekitarnya.
Air yang mengalir dari hulu kawah Gunung Ijen itu sangat asam, bahkan nyaris seperti air aki karena memiliki kadar keasaman (pH) 3-4. Sedangkan pH air layak minum sekitar 7. Kadar keasaman itu bisa meningkat lagi saat musim kemarau.
Air yang tercemar dari sungai itulah yang mereka gunakan untuk mandi, menyikat gigi, masak, mencuci dan sebagainya. Bahkan banyak warga yang beraktifitas langsung di sungai-sungai yang mengalir di perkampungannya.
Pada awalnya, warga Desa Bantal tidak tahun jika air dari Sungai Banyuputih yang membelah desa itulah yang merusak gigi gigi mereka Hingga sejak 1997, nyaris seluruh tanaman padi yang ada di desa itu tiba-tiba mati tanpa ada diketahui sebab yang jelas.
Pada waktu itu , Sri Sumarti, peneliti dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, mengatakan masyarakat desa awalnya mengira tanaman padi itu mati karena limbah pabrik tebu.
Setelah wanita itu melakukan penelitian sejak 1996 , ternyata tragedi yang menimpa warga Desa bantal itu itu disebabkan oleh air asam dari Sungai Banyuputih, Banyuputih mendapat pasokan air dari Sungai Banyupahit yang berhulu di Kawah Ijen.
Sri menemukan, selama ratusan tahun, Kawah Ijen bocor dan mencemari Sungai Banyupahit yang merupakan hulu dari Sungai Banyuputih. Ketika diteliti dan diukur, kadar keasaman Sungai Banyupahit bisa mencapai 0,8.
Keasaman itu terbentuk lantaran tingginya kandungan asam sulfat, klorin, dan fosfor.Saat curah hujan kurang, tingkat keasaman di Kawah Ijen meningkat, demikian juga sungai-sungai yang mendapat pasokan airnya.
Sejak awal, pemerintah kolonial Belanda sebenarnya telah menyadari air asam ini saat membangun Dam Banyuputih pada 1911 yang bisa mengairi lahan seluas 3.950 hektar. Mereka menggunakan air Banyuputih hanya untuk mengairi tanaman tebu yang tahan air asam. Namun, sejak Indonesia merdeka, perkebunan itu perlahan berubah menjadi sawah. Warga juga mulai berdatangan dan tinggal di sana.
Walau beberapa warga sudah memiliki sumber air yang berasal dari sumur, tetapi air sumur pun sebenarnya juga tercemar. Dalam penelitian Sri Sumarti pada tahun 2000-an mengambil 55 sampel air dari sumur warga dan hasilnya kebanyakan terkontaminasi air asam.
Pengujian yang dilakukan Puskesmas Asembagus di sumur warga pada Maret 2011 juga menunjukkan tingginya kadar fosfor dalam air sumur warga di sekitar Sungai Banyuputih mencapai 1.680 part per million (ppm). Jumlah itu melebihi ambang batas aman 1.500 ppm. Bahkan, pada Juni, ditemukan sumur warga mengandung fosfor 1.930 ppm.
Tingginya kadar fosfor ini tentunya sangat berbahaya bagi yang mengkonsumsinya karena bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang serius pada tubuh.Dan gigi warga yang keropos itu merupakan bukti nyata akibat seriusnya.
Pengujian yang dilakukan Puskesmas Asembagus di sumur warga pada Maret 2011 juga menunjukkan tingginya kadar fosfor dalam air sumur warga di sekitar Sungai Banyuputih mencapai 1.680 part per million (ppm). Jumlah itu melebihi ambang batas aman 1.500 ppm. Bahkan, pada Juni, ditemukan sumur warga mengandung fosfor 1.930 ppm.
Tingginya kadar fosfor ini tentunya sangat berbahaya bagi yang mengkonsumsinya karena bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang serius pada tubuh.Dan gigi warga yang keropos itu merupakan bukti nyata akibat seriusnya.
Tentu kita bisa membayangkan dengan sebuah paku, besi atau logam lainnya yang segera berkarat dan keropos jika terkena air hujan. Bagaimana jika air yang berkadar asam tinggi seperti air aki itu justru digunakan oleh warga dalam berbagai keperluan.Sebuah kisah pilu yang memprihatinkan dari warga di Desa Bantal yang semoga mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terkait.
Jenazah Utuh Terkubur 35 Tahun
Penampakan Jin,Tuyul dan Pocong Di Tuban
Makam Panjang 9 Meter
Rolls Royce Kuno Dinasti Sampoerna
Uang Bung Karno
Candi Unik Di Bawah Tanah
Situs Pemukiman Kerajaan Majapahit
Patung Budha Tidur Raksasa
Mitos Siluman Buaya Putih
Gerbang Kerajaan Majapahit
Makam Sunan Bonang - Tuban
Makam Islam Yang Berbentuk Candi di Lamongan
Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Rumah Abu The di Surabaya
Aksi Anak Yang Menegangkan di Watu Ondo
-----
Indahnya Arca Dewa Wisnu
Makam Panjang 9 Meter
Rolls Royce Kuno Dinasti Sampoerna
Uang Bung Karno
Candi Unik Di Bawah Tanah
Situs Pemukiman Kerajaan Majapahit
Patung Budha Tidur Raksasa
Mitos Siluman Buaya Putih
Gerbang Kerajaan Majapahit
Makam Sunan Bonang - Tuban
Makam Islam Yang Berbentuk Candi di Lamongan
Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Rumah Abu The di Surabaya
Aksi Anak Yang Menegangkan di Watu Ondo
-----
Indahnya Arca Dewa Wisnu
www.jelajah-nesia.blogspot.com
Ternyata, meski Asembagus kota masa kecilku hanya sebuah Kecamatan, ada saja berita2 WeB/online yg membahasnya seperti Gempa Lokal beberapa waktu yg lalu juga LatGab TNI yg dihadiri Presiden, dll..dll.. Sebagai mantan warga Asembagus, sangat manusiawi kalau gigi2nya rada2 kuning tp gak sampai keropos karena ada sumber air Seletreng, he..he...
BalasHapus