Tips Hamil

Senin, 18 November 2013

Misteri Nenek Penghuni Hutan Di Banyuwangi

Di desa Sragi Kecamatan Songgon terdapat kawasan hutan pinus yang sangat luas. Hutan itu sangat lebat dan  berada di bukit dengan kontur  tanah yang naik turun.


Siapa sangka, di tengah lebatnya hutan pinus itu ternyata ada seorang wanita yang tinggal dan menjadi penghuni di hutan pinus itu.Adalah Saniyah, nenek berusia 65 tahun yang tinggal disana. Dia telah tinggal di hutan itu selama puluhan tahun dengan menempati sebuah rumah kayu yang sangat sederhana.


Rumah itu sebelumnya merupakan tempat pondokan atau tempat  beristirahat karyawan Perhutani setempat  seperti sinder, waker dan sebagainya.

Mungkin karena merasa iba pada Saniyah  dan suaminya yang tidak memiliki tempat tinggal, rumah pondokan  yang disebut dengan ‘ Brak ‘ itu pun di berikan pada suami istri itu untuk ditempati.
Rumah itu sendiri hanya berdinding kayu yang tak berarturan dengan banyak lubang. Begitu juga dengan atapnya.


 
Tak ada perabotan sama sekali di dalamnya dan juga tak ada penerangan listrik.

Sebagai penerang di rumahnya, Saniyah menggunakan lampu tradisional yang berupa botol  dengan di dalamnya diberi minyak goreng bekas.   Di botol itu kemudian diberi sumbu kompor  yang ujung luanya  kemudian dinyalakan.



Malang nian nasib Saniyah. Beberapa tahun berjalan, Saniyah kemudian  ditinggalkan oleh suaminya.  Apalgi tak lama kemudian Saniyah mengandung benih  dan melahirkan dari hubungan dengan suaminya itu.

Tentu saja Saniyah harus berjuang keras demi menghidupi drinya dan anaknya itu. Kini anak laki-lakinya  itu telah berumur 23 tahun yang karena kesibukannya  sendiri membuat dia jarang bersama dengan Saniyah.

 
Setiap hari Saniyah bekerja sebagai penyadap getah pinus. Ia juga mengolah dan menanami  lahan dengan tanaman  produktif lainnya seperti jahe, tembakau, pisang dan sebagainya. Hasil dari lahannya yang tidak seberapa  itu kemudian ia bawa ke Pasar Desa Sumber Arum yang  terdekat dengan rumahnya.


Di pasar yang berjarak  sekitar 45 menit perjalanan  dengan berjalan kaki itu, Saniyah membarter hasil lahannya dengan kebutuhan sembakonya seperti beras, bumbu , lauk pauk, minyak goreng dan sebagainya.

Cukup sulit juga untuk menuju ke rumah Saniyah di kawasan hutan Gumuk Jambe Perhutani bayu kidul itu. Tak adanya papan petunjuk dan banyaknya persimpangan jalan setapak  tentu membuat saya  harus tak malu untuk bertanya  pada setiap warga yang saya temui selama perjalanan agar tidak tersesat di dalam hutan.



Belum lagi dengan medan  perbukitan di sekitar lokasi yang cukup membuat perjalanan terasa melelahkan.Di tengah hutan itu Saniah tinggal sendiri tanpa ada rumah dan warga lainnya di sekitarnya karena pemukiman warga hanya terdapat   di desa yang ada di bawah hutan.



Praktis, di tengah kegelapan dan sepinya hutan pinus itu, Saniyah hanya tinggal seorang diri dengan berteman suara serangga dan satwa hutan lainnya.


Untunglah, pada pagi hingga sore hari banyak warga desa yang juga menyadap getah pinus dan mengolah lahan di sekitar hutan itu yang mampir dan bertandang ke rumah Saniyah. Para penyadap getah pinus itu juga menitipkan getah pinusnya yang baru terkumpul sebagian di halaman rumah Saniyah untuk dilanjutkan  lagi esoknya.

Saniyah tentu merasa suka cita ketika rumahnya didatangi oleh para warga desa itu walau sekedar untuk beristirahat dan bercengkerama sejenak.

Semoga dengan publikasi  tentang sosok Saniyah ini ,  Saniyah bisa segera  memperoleh perhatian dan bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak yang peduli padanya. Karena tak bisa dipungkiri, keberadaan Saniyah yang tinggal di hutan itu juga ikut berperan  mengawasi dan menjaga kawasan hutan pinus itu dengan berbagai asset yang ada  di dalamnya.




Keripik Gayam Yang Nikmat di Tuban

Agung - 0857 3396 5278 - 0823 3388 7121
        



www.jelajah-nesia.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar