Tips Hamil

Rabu, 16 Juli 2014

Mengenang Pertempuran Heroik Di Jembatan Merah, Surabaya

Menyebut nama Kota Surabaya identik dengan kawasan Jembatan Merah yang legendaris. Nama jembatan itu bahkan mendunia melalui sebuah lagu keroncong yang berjudul Jembatan Merah karya maestro Almarhum Gesang.



Di balik kebesaran namanya, siapa sangka jika ternyata Jembatan Merah itu ternyata hanya berupa bangunan jembatan sepanjang sekitar 100 meter dan sederhana dengan kerangka besi yang berukuran cukup kecil. Tak ada bangunan atau tanda khusus apapun di sana yang menunjukkan bahwa dulu Jembatan Merah ini merupakan salah satu lokasi pertempuran heroik pada masa perjuangan Bangsa Indonesia.


Jembatan Merah ini berjarak sekitar 1 km dari Monumen Tugu Pahlawan atau 2 km dari kawasan wisata religi Makam Sunan Ampel. Cukup mudah mengenali kawasan sekitar Jembatan Merah karena adanya terminal bayangan bagi angkutan umum berupa bis dan mikrolet yang parkir dan mencari penumpang di sana.



Nama Jembatan Merah ini sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Pada saat itu jembatan ini dikenal dengan nama Roode Brug yang berarti Jembatan Merah. Konon , nama itu disematkan karena pada masa lampau jembatan ini sudah berwarna merah. Begitu pula dengan keadaannya pada saat ini.


Di sekitar Jembatan Merah inilah pada era tahun 1945 menjadi salah satu lokasi pertempuran hebat antara pejuang Surabaya yang dikenal dengan nama Arek-arek Suroboyo yang menolak ultimatum penyerahan diri pada tentara Sekutu. Pada puncak pertempuran itu akhirnya menewaskan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby sebagai pimpinan Tentara Sekutu.



Ada hal yang menarik di kawasan Jembatan Merah ini. Di sana banyak terdapat gedung yang kuno dan bersejarah dengan bentuk dan kondisi yang masih terjaga keasliannya. 



Di antaranya adalah Gedung Singa, Gedung Internatio, Gedung Cerutu, Gedung De Javasche Bank, Bank Escompto dan sebagainya.



Ada pula beas penjara Kalisosok yang juga legendaris karena konon dulu merupakan penjara yang sangat kejam bagi para tahanannya.


Berada di sana seakan membawa Anda bernosltagia pada kemegahan kawasan kota lama Surabaya ini pada masa lampau.


Ada juga bunker kuno di Jalan Rajawali  yang dulu digunakan sebagai benteng pertahanan dan siaran radio tetapi saat ini beralih fungsi sebagai tempat tinggal.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar